Joy merasakan gemetar, dengan setengah berlari ia kembali ke rumah. Setibanya disana, ia kaget, namun agak mulai terbiasa dengan pemandangan dan lingkungan yang berubah di hadapannya. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya, dan bagaimana semua  bisa hadir di hadapannya.
Joy pun berjalan cepat memasuki rumahnya. Nafasnya memburu, degup jantungnya berpacu dengan keras. Kedua tangannya memegang kepala. Tiba-tiba ia merasa sangat pusing, dan kepalanya terasa berat. Ia pun  memilih duduk di kursi kebanggaan ayahnya.
Tempat itu, kini menjadi tempat favoritnya. Ia segera duduk, dan sebelumnya sempat mengambil segelas air dari dispenser yang ada di sebelah kanan kursi tersebut. Otaknya berusaha bekerja mencari penjelasan. Namun, semakin memaksakan mencari jawaban, semakin sulit ia menemukan jawaban atas apa yang dihadapinya sekarang.
Tubuhnya melemas, kesadarannya pun mulai memudar. TIba-tiba matanya mulai merasakan kantuk berat. Dan semilir angin membuatnya semakin mengantuk. Seperti dininabobokan. Di saat seperti itu, Joy kembali mendengar bisikan dari pemilik suara yang sama di telinganya.
Joy, panggil suara itu lagi. Sudah lihat kan beberapa kejadian masa depan dan masa lalumu. Apa yang terjadi, ataukah ini karena ajalnya makin dekat. Kata Joy dalam hati.
Bukan...
wah, suara itu seperti menjawab pertanyaannya.
Kalau begitu apa? tanya Joy.
Kamu akan mengetahuinya sendiri. Lanjutkan saja pekerjaanmu dengan artefak temuanmu, yang memang menjadi bagian dari takdirmu.
Hei, kamu siapa? atau apa?
Joy.... Joy... ikuti saja kata hatimu...