Saat berjalan ke kelasnya yang ada disebelah, ia sempat mencuri-curi pandangan ke arah Sri Isyana Kusumawardhani beberapa kali. Ia memandang rambutnya yang panjang, bergelombang, dan masih terbayang jelas senyum yang merekah memperlihatkan barisan gigi yang tertata apik. Tapi yang jelas, binar matanya memang menarik dan menyenangkan.
Hari pertama sekolah, memang biasanya diisi dengan perkenalan. Namun, tidak bagi siswa kelas II, mereka sudah langsung dengan pelajaran. Beruntung, kelas Joy langsung mulai dengan pelajaran Sejarah. Mata pelajaran yang ia sukai, dan pengajarnya masih sama dengan guru sejarah ketika SMP, Pak Sutarno, salah satu guru favoritnya.
"Siapa yang ingat dengan sejarah Kerajaan Medang, dan ingat dengan salah satu rajanya," tanya Pak Tarno, panggilan pak Sutarno.
Suara kelas yang tadinya agak berisik, tiba-tiba senyap. Tak ada yang bersuara, bahkan kalau jarum jatuh bisa terdengar ke seluruh ruangan.
"Ayo, coba angkat tangan, siapa yang tahu," ujar Pak Tarno mengulang dengan lebih tegas pertanyaan pertamanya. Suara baritonnya memecahkan keheningan.
Joy pun mengacungkan tangan tanpa rau. Dan dengan segera, seluruh pandangan mata tertuju pada Joy.
"Silahkan, Joy kan namamu," ujar Pak Tarno yang memang menyukai muridnya itu, karena memang cukup pandai dalam pelajaran Sejarah.
Joy pun berkata, Medang, merupakan salah satu kerajaan yang dinasti pendirinya akan menurunkan raja-raja penguasa Jawa. Wangsa Isyana, menjadi dinasti yang mendirikan kerajaan Medang di Jawa Timur ini, dirintis oleh Mpu Sindok. Kerajaan Medang, sebelumnya berada di daerah Jawa Tengah sekarang, namun karena bencana alam. Hancur akibat  Gunung Merapi meletus.  Seluruh penduduk di kerajaan itu terpaksa mengungsi, menjauh dari Gunung Merapi yang areanya sudah lama ditinggali dan bertanah subur. Mereka berpindah ke daerah yang lebih aman, di Jawa Timur.
Mpu Sindo, merupakan cucu Mpu Daksa. Penguasa Medang di Jawa Tengah yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa, sebetulnya sudah memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya merupakan keturunan asli Sanjaya. Itu sebabnya, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota Wangsa Sanjaya.
Mpu Sindok lah yang memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Namun, posisi ibu kota kerajaan ini, kembali dipindahkan beberapa tahun kemudian. Watugaluh, nama ibu kota baru tersebut. Namun, kedua istana yang dibangun ibu kota kerajaan itu lokasinya tidak terlalu jauh, saat ini posisinya berada di sekitar Jombang, Jawa Timur.
Nah, lanjut Joy, salah satu penguasa atau raja Medang di Jawa Timur adalah Sri Isyana Kusumawardhani eh maaf maksudnya Tunggawijaya. Putri Mpu Sindok, yang sinar matanya berbinar, parasnya cantik dengan pipi yang selalu kemerahan, dengan rambut panjang terurai, kulitnya kuning langsat, dan wangi tubuhnya menyebarkan aroma bunga melati. Kalimat ini persis dikutip dari ucapan Pak Tarno ketika menggambarkan kecantikan Sri Isyana Tunggawijaya.