Museum Singhasari sendiri, letaknya di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Lebih tepatnya lagi, museum ini berada di area perumahan Singhasari Residence, yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari Pasar Singosari. Pada bagian muka museum, terdapat taman kecil yang dilengkapi dengan patung Ken Dedes dan Ken Angrok. Ken Angrok, raja yang memimpin Kerajaan Tumapel tapi kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Singosari.
Salah satu raja besar di kerajaan nusantara, yang kisahnya amat lekat dalam ingatan kolektif bangsa ini. Ken Angrok tewas dengan keris yang digambarkan baru setengah jadi itu, di tangan Ki Pengalasan. Ia merupakan pengawal dari Anusapati, anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Keris itu, sebelumnya pernah dipergunakan Ken Angrok untuk membunuh Mpu pembuatnya, Gandring. Dalam keadaan mendekati ajal, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan, keris yang dibuatnya itu akan membunuh tujuh raja penguasa tanah Jawa, termasuk Ken Angrok dan anak cucunya.
Keris Mpu Gandring pula, dipergunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung, penguasa lokal wilayah Tumapel, dengan jabatan sebagai akuwu (camat) di bawah kerajaan Kediri, yang ketika itu di bawah raja Kertajaya (1185-1222). Ketika itu, Ken Angrok sudah berhasil menduduki jabatan sebagai pengawal khusus Tunggul Ametung.
Ken Arok yang juga murid resi Lohgawe, seorang resi yang sangat dihormati di Tanah Jawa, dengan mudah mendapatkan kepercayaan Tunggul Ametung. Lohgawe juga yang meramalkan dan punya keyakinan bahwa Ken Arok akan menjadi orang besar dan bahkan pemimpin di wilayah Kediri. Ia pula yang meminta Ken Arok untuk mengabdi kepada Tunggul Ametung. Dengan mengantongi referensi yang kuat dari resi Lohgawe, keberadaan Ken Arok di jajaran pasukan keamanan Tumapel, sulit ditolak oleh Tunggul Ametung.
Kematian Tunggul Ametung, yang mendapat kutukan Mpu Parwa, akan tewas dengan tikaman keris, menjadi kenyataan. Kutukan itu dilepaskan Mpu Parwa, karena Tunggul Ametung menculik dan kemudian menikahi Ken Dedes, putrinya. Ken Dedes diculik di kampungnya, Desa Paniwijen, sebuah desa yang disucikan dan menjadi tempat pendidikan agama Hindu.
Tewasnya Tunggul Ametung, dijadikan Ken Angrok sebagai batu pijakan untuk mendirikan kerajaan baru di Tumapel. Wilayah kecamatan itu, akhirnya bisa mengalahkan Kerajaan Kediri yang sebelumnya menguasai Tumapel.
Di Indonesia, siapa yang tidak kenal dengan sosok Ken Angrok, atau yang lebih banyak dipanggil dengan nama Ken Arok. Saat berkuasa, ia menyandang nama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Ken Arok, pendiri wangsa Rajasa dan Kerajaan Tumapel, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di wilayah Jawa Timur.
Sejarah mencatat, Kerajaan Tumapel berdiri antara tahun 1222–1292, dengan ibukota di Kutaraja, dengan nama Singhasari. Kemudian nama Singhasari ini, menjadi lebih dikenal sebagai nama kerajaan ketimbang Tumapel. Dua puluh tahun sebelum kerajaan Singhasari runtuh, merupakan masa kejayaannya. Pada saat kehancurannya itu, kerajaan ini dipimpin oleh Kertanagara. Ia menjadi raja terakhir Kerajaan Singhasari.
Pada masa kejayaan itu, Kertanagara memiliki mimpi menguasai semua wilayah nusantara. Ia terobsesi ingin menyatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Singhasari. Di bawah Kertanegara, Singhasari memang berhasil menguasai wilayah hingga Bali ke arah timur. Sementara ke wilayah barat, kekuasaannya telah menjangkau sebagian Sumatera. Â Bahkan, sejumlah catatan sejarah menyebutkan, kekuasaan Kertanegara mencapai kawasan Selat Malaka.
Sayangnya, obsesi menguasai nusantara itu, justru telah membuat Kertanegara melupakan kondisi internal kerajaannya. Ketidakpedulian ini pula yang menyebabkan kemunduran bahkan kehancurannya. Keterpurukan, kemiskinan, dan ketidakpedulian pada kondisi rakyat Tumapel. Tidak heran, jika kemudian timbul berbagai gejolak yang kemudian mewujud hingga menimbulkan berbagai konflik internal. Kondisi ini, telah meluluhlantakkan kerajaan yang dibangun oleh Ken Arok.
Dendam yang terus diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, telah menjadi sumber kekacauan yang pada akhirnya menghancurkan kerajaan Singhasari. Jika mengacu pada kitab Pararaton, aliran dendam itu diteruskan oleh Anusapati.