Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Islam Garis Keras dan Islamophobia, PR Islam Moderat

3 Februari 2016   17:20 Diperbarui: 3 Februari 2016   17:34 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada November lalu, NU pun meluncurkan film Rahmat Islam Nusantara (The Divine Grace of Islam Nusantara), sebagai pembelaan kepada dunia tentang Islam Nusantara yang moderat. Film yang berdurasi 90 menit tersebut, mengajak agar umat Islam tidak berpandangan kaku pada teks kitab suci, tapi perlu melihat sisi kemanusiannya Islam. Film ini juga mengajak agar umat Islam Indonesia dan dunia, untuk mengikuti jejak wali songo yang telah menyebarkan

Islam di pulau Jawa dengan cara damai. Dengan cara inilah, Islam bisa berasimilasi dengan budaya lokal.

Sementara Muhammadiyah.or.id menuliskan, Islam berkemajuan itu dilandasi nalar. Islam akan maju dan berpengaruh jika Islam hadir mewarnai peradaban. Secara konseptual, KH Mas Mansur mengatakan, untuk mencapai Islam yang berkemajuan, umat Islam harus maju dalam semua bidang.
Pandangan seperti ini, tentu amat berbeda dengan kekhawatiran kelompok Islamphobia dan tingkah laku Islam garis keras. Bagi kalangan Nahdliyin dan warga persyarikatan Muhamamdiyah, tentu mereka gundah dan sedih ketika dalam setiap aksi teror yang terjadi, maka yang sering dipersalahkan adalah keislaman para pelaku yang sebetulnya amat tidak Islami.

Tentu ini pekerjaan rumah yang tidak mudah, namun insya Allah akan bisa diselesaikan.

Imam Prihadiyoko - unpublish feature

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun