Pada minggu ke-2 Â menjelang AgustusanÂ
Rutinitas harian mulai mengukur jalanÂ
Mengurai makna memupuk kehidupanÂ
Direntang panjang Nusa Dua DenpasarÂ
Sore hari hingga malam mekar menjalarÂ
Tak ubahnya gerak kaswari mencari penerangÂ
Cahaya bagi diriÂ
Juga menuntun nurani sang pencariÂ
Di antara riuhnya roda pacuan sesaknya jalan
Tak berarti tertahan karena jauhnya tujuan
Debu jalanan sudah biasa membalur kemeja
Menutup cerahnya mata
Sesak nafas tutup kepala meranggas
Pada jalan ini musti tebalkan jas
Mengurungkan pacuan
Menindih urat, ringkihnya jasad  membuang kesempatan
Karena hanya ada pilihan untuk terus berjalan
Sesuai lajur-lajur agenda yang sudah ditetapkan
Pertemuan pertama seperti: indahnya menulis puisi,Â
Meretas nama menyulam masaÂ
Menyapa alam membuat lukisanÂ
Mengurai arah pastinya tujuan, hingga berlabuh setiap insanÂ
Saat nanti teka-teki gampang teruraiÂ
Kebahagiaan memang layak dicariÂ
Setiap hitungan musim musti sematkan jari
Kalender tahunan lembar semua ujian, berakhir rekah hati
Simak lagi dengan seksama
Ketenangan tidak semudah yang kita bayangkan
Tapi hanya akan tetap bersua
Kesatuannya dengan Pencipta
Seperti semua yang mereka jalani, tapak-tapak tak bertepi
Hingga akhir kesempatan yang terjadi
Rumah Gedang, 8/8, Imam Muhayat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI