[caption id="attachment_381289" align="aligncenter" width="544" caption="Foto: Warta Kota/adhy kelana:Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok "][/caption]
Setelah menjalani pemeriksaan selama 9 jam Kamis 30/4 dalam kasus dugaan korupsi Uninterruptible Power Supply (UPS),Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Abraham Lunggana, pria yang akrab disapa Haji Lulung,banyak mengalamai perubahan sikap dari yang biasanya ramah kepada siapa pun yang ditemuinya kali ini H Lulung lebih banyak diam.
Saya ridak tahu persis situasi di dalamnya ketika seseorang sedang diperiksa oleh penyidik Polri, sebab setiap seseorang yang pernah mengalami pemeriksaan oleh Polri pada umumnya banyak mengalami perubahan sikap. Biasanya menjadi pendiam tidak banyak ngomong lagi, seperti ketika sebelum dilakukan pemeriksaan oleh penyidik Polri.
Dan yang paling saya apresiasi terhadap para penyidik Polri adalah hasil pemeriksaan terhadap si pasien tersangka korupsi hasilnya lumayan akurat. Berhasil mendiagnosis jenis penyakit, penyebab penyakit, sampai jenis obat yang harus diberikan kepada si pasien tersangka korupsi tersebut. Oleh sebab itu, nantinya akan lebih banyak diketahui yang terlibat langsung tindak pidana korupsi di DKI, baik dari kalangan birokrasinya maupun para anggota legislatifnya.
Naga-naganya ke arah itu sudah mulai kelihatan, lihat saja seperti halnya H Lulung, sifat orang ini sebelumnya sangat gembira dalam menghadapi suasana bagaimanapunkerasnya, akan tetapi setelah diperiksa Polri, sifat-sifat yang semula banyak ngomong tiba-tiba berubah drastis menjadi pendiam. Seolah-olah H Lulung sedang menghadapi hantu sebesar gunung, sontak menjadi ketakutan sekujur badannya, takut ngomong, takut menatapkan matanya yang semula garang seketika menjadi layu, sebelum berkembang.
Itulah yang saya tangkap dari tulisan banyak media massa tentang H Lulung pasca diperiksa para penyidik Polri terkait kasus-kasus dugaan korupsi Uninterruptible Power Supply (UPS). Kali ini saya akanflash backbeberapa pekanke belakang, bagaimana hebatnya H Lulung mempermainkan, melecehkan, bahkan menghina Ahok sebagai pribadi bahkan Lulung berani bersikap terlalu kelewatan terhadap Ahok selaku gubernur DKI.
Saya gambarkan saja, dua orang ini H Lulung dan Ahok yang masuk kelas akselerasi di lembaga pendidikan top nasional, karena DKI adalah gudangnya yang serbatop dari kekayaannya atau jumlah anggarannya, mutu manusianya, semangat kerjanya, narkobanya, begalnya, macetnya, banjirnya, sampai pada korupsinya.
H Lulung berasal dari pribumi kaya, keluarga terhormat dalam tanda petik, menguasai preman-preman pasar Tanah Abang, didukung organisasi etnik terbesar, kaya raya, bicaranya ceplas-ceplos kepada siapa saja seperti Buto Cakil yang tidak pernah merasa takut kepada hantu mana pun, karena dia sendiri adalah temannya hantu. Kini menghadapi orang baru masuk di Gedung Terhormat DKI sebagai Gubernur karena hoki saja sesuai dengan namanya AHok.
AHok ini berasal dari etnik Tionghowa, masuk kelompok minoritas, Kaya tetapi hasil dari dagang kerja keras, bicaranya ceplas-ceplos tetapi spesial untuk hal-hal pelanggaran disiplin, penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Ringkas ceritera pada awalnya kompetisi mereka berdua berjalan seimbang, hal ini menunjukkan kecerdasan mereka berdua beda-beda tipis, tetapi giliran menghadapi problem-problem yang membutuhkan analisis tinggi, H Lulung mulai keteter.
Ibarat sebuah kompetisi di kelas akselerasi, antara Lulung dengan AHok Gubernur DKI, kini perjalanan Hidup H Lulung sudah masuk babak lanjutan yang sebelumnya diawali dengan babak perkenalan antara H Lulung dengan Ahok. Di babak perkenalan H Lulung banyak memamerkan dirinya kepada Ahok mulai dari kekayaannya, kepinterannya, kedermawanannya, kealimannya, dan yang akhirnya Lulung memperkenalkan kepada Ahok, dirinyalah yang paling anti-KKN.