Dampak Indikasi Geografis Bagi Petani Garam Amed
Anak-anak di Amed jamak menjadi penjual garam, biasanya mereka menjual kepada turis asing yang berlibur di Amed. Seperti anak-anak yang saya temui di pinggir pantai ini.
Sepulang sekolah atau saat sekolah libur, mereka tidak banyak bermain. Tapi mereka akan berkeliling Amed untuk menjual garam yang dikemas sebagai souvenir menarik. Satu hal yang menarik adalah mereka bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, bahkan Bahasa Perancis. Buktinya saat saya tantang mereka untuk mencoba merayu saya untuk membeli garam mereka dengan menggunakan kedua bahasa tersebut, mereka bisa melakukannya. Saya kalah taruhan, saya pun membeli garam souvenir garam mereka. Oia, saya melakukan ini dengan maksud bercanda dan bersenang-senang saja...haha
Dampak Ekonomi, peningkatan harga garam yang diterima oleh petani, itu adalah dampak yang diharapkan oleh adanya Indikasi Geografis. Selain tentu menjaga kelestarian budaya leluhur, yaitu produksi garam secara tradisional.
Oke, itu tadi sepenggal cerita ringkas tentang perjalanan saya ke Amed, Bali. Indonesia benar-benar negeri yang kaya akan alam dan budaya. Saya ingin menjelajah negeri ini lebih jauh lagi, lebih banyak lagi.
Nantikan cerita saya selanjutnya ya :D
Disclaimer: Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan gaya ngopi kota mana yang lebih baik atau tidak, karena setiap kota punya budaya dan selera ngopi yang berbeda. Dan perbedaan di setiap kota itu memberikan warna baru bagi perjalanan saya, saya suka itu :). Â Tulisan ini sebelumnya telah dipublkasikan di blog pribadi penulis yang bisa dilihat pada tautan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H