Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjelajah Sejuk dan Hijaunya Tebing di Curug Pitu, Jember

28 November 2014   07:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama dalam perjalanan menyusuri aliran sungai, mungkin kita akan diajak “bermain” oleh batu kerikil kecil yang masuk ke sela-sela sandal. Menyenangkan, membuat kita tidak bosan karena bisa menjadi bahan bercanda dengan kawan seperjalanan. Belum lagi, licinnya tanah pijakan dan bebatuan yang harus dipanjat, kadang membuat kaki terpleset, tapi akhirnya malah menjadi bahan tertawaan temanku. Bukankah canda dalam perjalanan adalah salah satu hal berharga yang jarang kita dapatkan dalam sibuknya pekerjaan di tengah hiruk pikuknya perkotaan. Medan penjelajahan Curug Pitu memang sangat tepat untuk menjadi tempat pelepas penat dan jenuh diri ini.

[caption id="attachment_694" align="aligncenter" width="448" caption="Kekonyolan selama perjalanan menjadi kebahagian kecil dari petualanagan"] [/caption] [caption id="attachment_682" align="aligncenter" width="335" caption="Tebing hijau tinggi menjulang di Curug Pitu Jember"] [/caption]

Saat capek datang, kami pun berhenti di depan air terjun keenam. Aku membuka ransel kecilku yang tadi pagi sudah aku jejali dengan air dan camilan ringan. Kami pun makan, sambil berbincang mengenai ketakjuban kami akan keindahan Curug Pitu ini.

Acara santap biskuit pun terasa sangat nikmat, karena dipadu dengan sejuknya hawa, asrinya suasana, hijaunya setiap sudut mata memandang, dan hangat candaan bersama kawan. Benar-benar kebahagiaan yang luar biasa.

[caption id="attachment_681" align="aligncenter" width="448" caption="Bayu makan camilan. Sampahnya dibawa pulang lagi ya :)"] [/caption]

Oia, kami sengaja membawa kantong kresek sebagai tempat sampah yang akan kami bawa kembali. Ini demi menjaga kebersihan “surga” ini agar tetap lestari :)

Di akhir medan yang kami lalui, akhirnya kami sampai di air terjun ketujuh. Air terjun ini memiliki tinggi sekitar 7 meter dengan debit air yang cukup deras. Suara gemuruh airnya seakan menjadi simponi melodi sempurna diiringi suara tetesan air dari atas tebing, membuat kami sangat nyaman berada di sini.

[caption id="attachment_692" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Ketujuh di Curug Pitu"] [/caption] [caption id="attachment_678" align="aligncenter" width="448" caption="Rimbunnya pepohonan di atas tebing Curug Pitu Jember"] [/caption]

Meski sebenarnya masih ada curug ke-8 dan ke-9, tapi sampai di curug ke-7 ini sudah tidak ada jalan lagi untuk melanjutkan penjelajahan, karena di curug ke-7 ini ada batu besar yang tinggi (vertikal) dan licin, sehingga tidak bisa kami panjat. Tapi memang, menurut penduduk setempat, pemandangan indah hanya sampai curug ke-7 ini. Selain karena faktor keselamatan, pengunjung tidak disarankan untuk menjelajah curug ke-8 dan ke-9.

[caption id="attachment_680" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Ketujuh di Curug Pitu"] [/caption]

Dari awal artikel ini, aku tidak menyebutkan lokasi Curug Pitu secara detail. Bukan karena aku lupa menuliskannya, tetapi lebih karena kesengajaan agar lokasi surga tersebunyi ini tetap “tersembunyi”. Keinginanku adalah agar tempat ini tetap terjaga dan lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun