Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjelajah Sejuk dan Hijaunya Tebing di Curug Pitu, Jember

28 November 2014   07:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asrinya Curug Pitu, 7 Air Terjun di Jember

[caption id="attachment_685" align="aligncenter" width="448" caption="Asrinya Curug Pitu, 7 Air Terjun di Jember"] [/caption]

Pada awalnya, aku tak mengira bahwa ada tempat seindah ini di kota kelahiranku, Jember. Bagaimana tidak, wisata di Jember sangat “dimonopoli” oleh Pantai Papuma. Namun, ternyata ada surga lain yang tersembunyi di kota ini.

Curug Pitu, demikian nama tempat ini. Curug dalam bahasa jawa berarti air terjun, sedangkan Pitu berarti tujuh. Jadi, Curug Pitu adalah tujuh (7) air terjun. Tujuh? Ya, benar. Lumayan banyak ‘kan?

[caption id="attachment_666" align="aligncenter" width="448" caption="Pemandangan Hijau Dalam Perjalanan ke Curug Pitu Jember"] [/caption] [caption id="attachment_667" align="aligncenter" width="448" caption="Jalannya belum diaspal"] [/caption]

Terletak di suatu daerah “pedalaman” di Jember membuat Curug Pitu sangat jarang dijamah oleh ramainya manusia. Ketujuh air terjun itu terletak dalam satu aliran sungai, dan sungai ini diapit oleh dua tebing tinggi, hijau nan indah di sisi kanan-kirinya. Masih alami, itu lah kesan pertama yang aku rasakan ketika pertama kali berkunjung bersama temanku ke sini.

Karena masih alami, maka alangkah bijaknya jika keadaannya tetap seperti itu. Asri dan lestari, agar bisa menjadi warisan indah bagi anak cucu nanti. Ya, aku ingin seperti itu :)

[caption id="attachment_686" align="aligncenter" width="448" caption="Hawa Sejuk Menjadi Suguhan Utama di Curug Pitu"] [/caption]

Ketika sampai di lokasi ini, aku menitipkan sepeda motor di salah seorang rumah penduduk sekitar. Ahamdulillah orangnya ramah dan welcome, meskipun ada sedikit kendala bahasa yang aku alami..haha

[caption id="attachment_684" align="aligncenter" width="448" caption="Penduduk Sekitar. Aku menitipkan kendaraan di rumah beliau. Terima kasih, Bu! :D"] [/caption] [caption id="attachment_668" align="aligncenter" width="335" caption="Perjalanan Menurun. Hati-hati. Licin coy.."] [/caption]

Aku dan temanku pun mulai berjalan kaki menuju rute ke Curug Pitu, sesuai dengan petunjuk penduduk setempat. Kami pun harus menuruni jalan menuruni tebing (yang cukup licin), di sini butuh kehati-hatian. Begitu, sampai di bawah kami langsung disambut oleh suara “merdu” jatuhnya air dari atas tebing. Ya, penjelajahan Curug Pitu langsung dimulai dari sini.

Di sini kami bersantai sejenak menikmati hembusan air yang bertabrakan dengan batuan di bawahnya. Hawa sejuk air terjun seolah menjadi obat penyegar yang membasahi keringnya tubuh kami, karena cuaca di Jember yang sangat panas selama perjalanan tadi.

Aku pun sempat mandi di sini.. :D

Entah bisa membuat awet muda atau tidak, yang jelas airnya sangat jernih dan segar sekali :D

[caption id="attachment_669" align="aligncenter" width="448" caption="Imam Hariyanto mandi di Curug Ketiga Jember"] [/caption] [caption id="attachment_683" align="aligncenter" width="335" caption="Air Terjun Yang Cantik. Curug Ketiga dari Curug Pitu Jember"] [/caption]

Puas di Curug ini, kami pun melanjutkan penjelajahan ini dengan menyusuri sungai aliran air terjun. Airnya tidak dalam, hanya setengah lutut, jadi tidak ada kesulitan sama sekali berjalan di sungai ini.

Yang membuat seru adalah adanya “rintangan” alami, yaitu bongkahan batu besar dan kayu-kayu yang ada di tengah track sungai ini, sehingga kami harus memanjatnya agar bisa meneruskan perjalanan. Atau mungkin rutenya memang seperti ini ya? Hmm..

[caption id="attachment_671" align="aligncenter" width="448" caption="Bongkahan batu besar seperti ini yang harus kami lewati di Curug Pitu"] [/caption] [caption id="attachment_673" align="aligncenter" width="448" caption="Kadang harus merangkak di bawah batang pohon. Medan perjalanan yang menantang"] [/caption]

Oia, di sini juga ada sebuah goa. Meski sebenarnya “hanya” sebuah lubang yang terbentuk dari retakan batu besar, tapi lubang ini cukup dalam, (yang terlihat dari mulut goa) yaitu sekitar 15 meter dengan lebar sekitar 1 meter. Sepertinya 1 orang dewasa bisa masuk ke dalamnya. Bagi pecinta goa, bisa coba melihat-lihat kondisi di dalamnya.

Karena saat itu, aku tidak membawa peralatan (seperti senter), aku urungkan niat untuk masuk ke dalam goa. Pertimbangan akan faktor keselamatan dan waktu yang harus aku fokuskan untuk river trip membuatku mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan saja.

[caption id="attachment_670" align="aligncenter" width="335" caption="Goa di Curug Pitu Jember"] [/caption]

Tak terasa sudah cukup jauh kami berjalan. Agak capek, tapi hawa sejuk dan hijaunya pemandangan tebing di sini seakan membuat kami punya energi lebih untuk terus mencari tahu indahnya “surga” lain di depan kami.

Di sepanjang perjalanan, memang ada pemandangan hijau rimbun khas hutan belantara yang menjadi teman perjalanan. Dinding-dinding tebing yang tersusun atas batuan berwarna hitam dan (sebagian) putih ini ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan semak dan lumut hijau. Sungguh eksotis!

[caption id="attachment_677" align="aligncenter" width="335" caption="Tebing hijau nan indah yang menemani perjalanan kami"] [/caption] [caption id="attachment_675" align="aligncenter" width="448" caption="Tebing hijau di Curug Pitu yang mirip Green Canyon"] [/caption] [caption id="attachment_690" align="aligncenter" width="448" caption="Tumbuhan hijau di tebing menghadirkan suasana asri"] [/caption]

Jika mau dicari perbandingannya, tebing-tebing di Curug Pitu ini mirip dengan Green Canyon di Ciamis (Jawa Barat). Tebing-tebing hijau, rindang, dan asri dibalut dengan tetesan air dari atas. Sinar matahari pun menembus sela-sela rimbunnya dedaunan pohon-pohon di atas tebing. Apabila sinar matahari mengenai tetesan-tetesan air di tebing, efek pelangi akan terlihat. Pemandangan yang sangat cantik dan menawan.

[caption id="attachment_679" align="aligncenter" width="448" caption="Tebing hijau di Curug Pitu yang mirip Green Canyon ya"] [/caption] [caption id="attachment_691" align="aligncenter" width="448" caption="Tetesan-tetesan air dari tebing yang membuat Curug Pitu seperti Surga Tersembunyi di Jember"] [/caption] [caption id="attachment_693" align="aligncenter" width="335" caption="Pemandangannya cantik "] [/caption]

Selama dalam perjalanan menyusuri aliran sungai, mungkin kita akan diajak “bermain” oleh batu kerikil kecil yang masuk ke sela-sela sandal. Menyenangkan, membuat kita tidak bosan karena bisa menjadi bahan bercanda dengan kawan seperjalanan. Belum lagi, licinnya tanah pijakan dan bebatuan yang harus dipanjat, kadang membuat kaki terpleset, tapi akhirnya malah menjadi bahan tertawaan temanku. Bukankah canda dalam perjalanan adalah salah satu hal berharga yang jarang kita dapatkan dalam sibuknya pekerjaan di tengah hiruk pikuknya perkotaan. Medan penjelajahan Curug Pitu memang sangat tepat untuk menjadi tempat pelepas penat dan jenuh diri ini.

[caption id="attachment_694" align="aligncenter" width="448" caption="Kekonyolan selama perjalanan menjadi kebahagian kecil dari petualanagan"] [/caption] [caption id="attachment_682" align="aligncenter" width="335" caption="Tebing hijau tinggi menjulang di Curug Pitu Jember"] [/caption]

Saat capek datang, kami pun berhenti di depan air terjun keenam. Aku membuka ransel kecilku yang tadi pagi sudah aku jejali dengan air dan camilan ringan. Kami pun makan, sambil berbincang mengenai ketakjuban kami akan keindahan Curug Pitu ini.

Acara santap biskuit pun terasa sangat nikmat, karena dipadu dengan sejuknya hawa, asrinya suasana, hijaunya setiap sudut mata memandang, dan hangat candaan bersama kawan. Benar-benar kebahagiaan yang luar biasa.

[caption id="attachment_681" align="aligncenter" width="448" caption="Bayu makan camilan. Sampahnya dibawa pulang lagi ya :)"] [/caption]

Oia, kami sengaja membawa kantong kresek sebagai tempat sampah yang akan kami bawa kembali. Ini demi menjaga kebersihan “surga” ini agar tetap lestari :)

Di akhir medan yang kami lalui, akhirnya kami sampai di air terjun ketujuh. Air terjun ini memiliki tinggi sekitar 7 meter dengan debit air yang cukup deras. Suara gemuruh airnya seakan menjadi simponi melodi sempurna diiringi suara tetesan air dari atas tebing, membuat kami sangat nyaman berada di sini.

[caption id="attachment_692" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Ketujuh di Curug Pitu"] [/caption] [caption id="attachment_678" align="aligncenter" width="448" caption="Rimbunnya pepohonan di atas tebing Curug Pitu Jember"] [/caption]

Meski sebenarnya masih ada curug ke-8 dan ke-9, tapi sampai di curug ke-7 ini sudah tidak ada jalan lagi untuk melanjutkan penjelajahan, karena di curug ke-7 ini ada batu besar yang tinggi (vertikal) dan licin, sehingga tidak bisa kami panjat. Tapi memang, menurut penduduk setempat, pemandangan indah hanya sampai curug ke-7 ini. Selain karena faktor keselamatan, pengunjung tidak disarankan untuk menjelajah curug ke-8 dan ke-9.

[caption id="attachment_680" align="aligncenter" width="448" caption="Air Terjun Ketujuh di Curug Pitu"] [/caption]

Dari awal artikel ini, aku tidak menyebutkan lokasi Curug Pitu secara detail. Bukan karena aku lupa menuliskannya, tetapi lebih karena kesengajaan agar lokasi surga tersebunyi ini tetap “tersembunyi”. Keinginanku adalah agar tempat ini tetap terjaga dan lestari.

Bagi yang ingin bertanya lokasi "surga" ini, bisa menghubungi saya secara personal melalui link ini.

Mungkin sebagian kecil orang sudah mengetahuinya, tapi bukankah sebagian kecil yang tahu lebih baik daripada sebagian besar tahu. Alasannya? Karena dalam perjalanan, aku menemukan bentuk vandalisme di beberapa dinding tebing. Coretan “alay dan gak penting”, ukiran “tak berguna”, dan sampah menjadi alasanku agar pengrusakan-pengrusakan tersebut tidak terjadi lagi (minimal di sini).

[caption id="attachment_672" align="aligncenter" width="448" caption="Coretan "] [/caption]

Okey, demikian cerita petualanganku di Curug Pitu, the Hidden Paradise in Jember. Nantikan ceritaku selanjutnya :D

Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan dalam blog pribadi penulis pada tautan ini (click here). Penulis bisa dihubungi melalui Twitternya: @imamhariyanto_ atau melalui blognya:contact me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun