Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

6 Cara ADHD Membuat "Jadi Dewasa" lebih Menantang

2 Januari 2025   14:01 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:51 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam Cara ADHD Membuat 'Menjadi Dewasa' Lebih Menantang, dan Bagaimana Saya Menghadapinya ?

Aku tidak tahu bagaimana denganmu, tapi aku tidak merasa seperti orang dewasa.

Meskipun aku sudah berusia 30-an dan tahu bahwa secara teknis aku sudah dewasa, di dalam hati aku masih merasa seperti remaja. Aku tidak minum alkohol, tidak berkencan, dan masih tinggal bersama orang tua. Sering kali aku merasa bingung dan kewalahan.

Aku tahu ada alasan yang sah mengapa aku merasa lebih muda daripada usiaku. Lobus frontal di otak kita, yang berfungsi mengatur perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls, sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang pada orang dengan ADHD. Ini menciptakan semacam "keterlambatan perkembangan." Tapi, mengetahui ini tidak membuat semuanya lebih mudah.

Lebih sering daripada tidak, aku merasa gagal dalam menjalani kehidupan sebagai orang dewasa.

Tugas-tugas "menjadi dewasa" terasa jauh lebih sulit bagiku, dan aku tahu banyak orang dengan ADHD juga merasakan hal yang sama.

Karena banyak tugas tersebut sangat membosankan, tingkat dopamin yang sudah rendah di otak kami membuatnya sulit untuk "menyala" dan fokus pada tugas tersebut. Kami sangat membutuhkan dopamin, dan melakukan pajak atau menyusun anggaran jarang memberikan "kejutan" yang kami cari.

Selain itu, kami sering menghadapi kesulitan dengan keterampilan hidup yang dianggap umum untuk orang dewasa, seperti:

  • Mengorganisasi
  • Memprioritaskan
  • Menyelesaikan tugas
  • Fokus
  • Mengatur waktu
  • Mengingat hal-hal penting

Bahkan tugas paling sederhana yang dilakukan orang lain tanpa berpikir panjang bisa terasa sangat berat untuk otak dengan ADHD.

Berikut enam cara ADHD membuatku kesulitan menjalani kehidupan sebagai orang dewasa, dan bagaimana aku tetap berusaha:

1. Mengelola Waktu

Aku sering merasa bahwa waktu bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk hal yang tidak penting, tetapi lupa tentang tenggat waktu penting.

Solusi: Aku menggunakan timer atau aplikasi pengingat untuk membantuku tetap sadar akan waktu. Aku juga mencoba membagi tugas besar menjadi bagian-bagian kecil agar terasa lebih mudah dilakukan.

2. Fokus pada Tugas yang Membosankan

Tugas seperti mencuci piring atau mengisi formulir terasa seperti hukuman. Fokusku sering terganggu, dan aku berakhir dengan menunda-nunda.

Solusi: Aku mencoba membuat tugas itu lebih menarik, misalnya mendengarkan musik favorit sambil melakukannya. Jika itu tidak berhasil, aku mencoba teknik "pomodoro" --- bekerja selama 25 menit lalu istirahat singkat.

3. Mengorganisasi Barang

Barang-barangku sering hilang, dari kunci, ponsel, hingga dokumen penting. Kekacauan sering kali menjadi teman setiaku.

Solusi: Aku belajar menciptakan "tempat khusus" untuk barang-barang penting. Aku juga mencoba memulai rutinitas malam untuk menyiapkan semuanya sebelum tidur.

4. Mengatur Keuangan

ADHD dan keuangan adalah kombinasi yang rumit. Aku mudah tergoda oleh belanja impulsif dan sering lupa membayar tagihan tepat waktu.

Solusi: Aku menggunakan aplikasi keuangan untuk melacak pengeluaran dan mengatur pembayaran otomatis untuk tagihan. Aku juga mencoba membatasi penggunaan kartu kredit.

5. Menjaga Hubungan

Aku sering lupa untuk menghubungi teman atau keluarga, dan kadang merasa terlalu sibuk untuk bertemu.

Solusi: Aku menjadwalkan waktu untuk menjalin hubungan sosial, bahkan jika itu hanya melalui pesan teks sederhana.

6. Mengatasi Perasaan Gagal

Dengan semua tantangan ini, mudah merasa bahwa aku gagal sebagai orang dewasa. Kritik dari orang lain, atau bahkan dari diriku sendiri, sering memperparah perasaan itu.

Solusi: Aku mencoba lebih berbelas kasih pada diriku sendiri. Aku mengingatkan diri bahwa "dewasa" bukanlah tujuan, melainkan perjalanan. Tidak apa-apa jika aku berjalan lebih lambat daripada orang lain.

Meski ADHD membuat hidupku lebih rumit, aku terus belajar untuk menghadapi tantangan ini dengan caraku sendiri. Setiap langkah kecil adalah kemenangan, dan aku mencoba merayakan setiap pencapaian, sekecil apa pun itu.

Kamu tidak sendirian. Kita semua sedang belajar, satu hari pada satu waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun