Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Autisme atau ADHD, Memperbaiki Kegagalan Komunikasi

9 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:45 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Autisme dan ADHD adalah dua kondisi neurodevelopmental yang paling umum terjadi, dan dampaknya tidak hanya berhenti di masa kanak-kanak, tetapi juga berlanjut hingga dewasa. Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran tentang kedua kondisi ini telah meningkat drastis. 

Namun, peningkatan kesadaran ini justru menimbulkan kebingungan, terutama dalam membedakan ciri khas masing-masing kondisi. Apakah mungkin overdiagnosis autisme ikut menyumbang pada kebingungan ini?

Salah satu tantangan terbesar dalam membedakan autisme (ASD) dan ADHD adalah tingginya tingkat co-occurrence atau kemunculan bersama di antara keduanya. 

Menurut penelitian terbaru, sekitar 20-30% anak dengan ADHD juga memenuhi kriteria diagnosis autisme. Sebaliknya, tingkat ADHD pada individu dengan autisme mencapai 30-80%. 

Artinya, kebanyakan individu dengan autisme juga memiliki ADHD. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, menunjukkan hubungan erat di antara kedua kondisi ini.

Kedua kondisi ini memiliki dasar genetik yang kuat. Studi menunjukkan bahwa heritabilitas autisme dan ADHD mencapai 70-80%. Artinya, variasi genetik berperan besar dalam menentukan risiko seseorang mengembangkan kedua kondisi ini. 

Bahkan, terdapat ratusan hingga ribuan gen yang masing-masing memberikan kontribusi kecil terhadap peluang seseorang mengalami autisme atau ADHD.

Mengapa Diagnosis Sering Tumpang Tindih?

Beberapa gejala autisme dan ADHD memang terlihat mirip di permukaan. Misalnya, individu dengan ADHD mungkin kesulitan memusatkan perhatian atau mengelola emosi, sementara individu dengan autisme mungkin menghadapi tantangan dalam berkomunikasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan. Namun, ada perbedaan mendasar yang sering kali diabaikan:

1. Pemrosesan Informasi

Pada ADHD, tantangan utama sering kali terkait dengan regulasi perhatian dan impulsivitas. Mereka mungkin merasa "otaknya terlalu sibuk" untuk fokus.

Sementara itu, individu dengan autisme lebih cenderung memiliki pola pikir yang sangat terfokus pada minat tertentu, tetapi mungkin mengalami kesulitan memahami konteks sosial atau emosional.

2. Interaksi Sosial

ADHD dapat menyebabkan seseorang tampak tidak sabar atau mengganggu, tetapi motivasi sosial mereka tetap ada.

Pada autisme, tantangan sosial sering kali lebih mendalam, melibatkan kesulitan dalam membaca bahasa tubuh, memahami ekspresi wajah, atau membangun hubungan emosional.

3. Persepsi Sensori

Individu dengan autisme sering mengalami sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensori seperti suara keras atau cahaya terang.

Sementara itu, pada ADHD, sensitivitas terhadap rangsangan lebih sering terkait dengan ketidakmampuan menjaga perhatian daripada respons sensori murni.

Apa yang Harus Dilakukan?

Kesalahan dalam diagnosis dapat berdampak besar pada individu yang terkena dampak. Anak-anak dengan ADHD yang salah didiagnosis autisme, misalnya, mungkin tidak mendapatkan intervensi yang tepat untuk membantu mereka mengelola impulsivitas dan perhatian mereka. 

Sebaliknya, anak-anak dengan autisme yang hanya dilabeli ADHD mungkin kehilangan dukungan untuk membangun keterampilan komunikasi dan interaksi sosial mereka.

Penelitian terbaru menyarankan pendekatan diagnostik yang lebih holistik, yang tidak hanya bergantung pada checklist gejala tetapi juga mempertimbangkan konteks perilaku dan riwayat perkembangan individu. 

Penggunaan teknologi seperti neuroimaging dan analisis genetik juga sedang diteliti untuk membantu membedakan antara kedua kondisi ini.

Autisme dan ADHD bukanlah sekadar label medis. Ini adalah cara unik individu memahami, merespons, dan berinteraksi dengan dunia. Dalam upaya memahami mereka, kita perlu berhenti fokus pada perbedaan permukaan dan mulai melihat manusia di balik diagnosis tersebut.

"Setiap anak adalah pelangi yang mewarnai dunia ini dengan caranya sendiri. Tugas kita bukan untuk mengubah warna mereka, tetapi membantu mereka bersinar lebih terang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun