Tulisan ini mengajak kita merenungkan ulang arti dari kata persatuan yang menjadi salah satu nilai utama dalam Sumpah Pemuda.
Persatuan bukan hanya soal menyatukan mereka yang dianggap "normal" atau "mudah diajar," tetapi tentang merangkul setiap anak bangsa, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yang memiliki tantangan dan kekuatan unik.
Mereka membutuhkan lebih dari sekadar tempat di ruang kelas; mereka memerlukan pemahaman, perhatian, dan pengajaran yang penuh pengertian.
Sayangnya, mewujudkan inklusi yang sesungguhnya di sekolah masih menghadapi hambatan besar. Salah satu penghalang utama adalah kurangnya pelatihan khusus bagi para guru.
Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan ABK, guru cenderung salah menilai kemampuan mereka atau bahkan tidak mengetahui cara untuk memberikan bantuan yang tepat.
Menurut penelitian National Center for Learning Disabilities, hampir 70% guru merasa kekurangan pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar ABK.
Hal ini menyebabkan banyak anak dengan kebutuhan khusus tidak mendapatkan perhatian dan bimbingan yang tepat, sehingga sering kali mengalami kesalahpahaman, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam penilaian.
Kesalahpahaman ini bukanlah masalah kecil. Di ruang kelas, kesalahpahaman dapat mengarah pada diskriminasi halus dengan asumsi bahwa ABK kurang cerdas atau malas, ketika sebenarnya mereka memiliki cara belajar yang berbeda. Prof. Sally Shaywitz, seorang ahli disleksia dari Yale University, menegaskan bahwa banyak anak disleksia yang justru memiliki kecerdasan tinggi.
Namun gagal terlihat di dalam sistem pendidikan yang tidak mampu memahami dan mengakomodasi cara berpikir mereka.
Tanpa pemahaman yang mendalam, guru-guru berisiko membatasi potensi ABK, yang pada akhirnya mengekang perkembangan mereka, bukan karena kekurangan dari sisi anak, melainkan karena keterbatasan dari pihak yang mengajar.
Momen Sumpah Pemuda ini bisa menjadi pengingat kuat bagi kita semua. Sumpah tersebut mengusung cita-cita persatuan dan keadilan, nilai-nilai yang harus kita terjemahkan ke dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan.