Ketika membaca kalimat, paragraf, atau bahkan teks yang lebih panjang, memori kerja memainkan peran penting. Memori kerja membantu mempertahankan informasi yang sudah dibaca dan menghubungkannya dengan informasi yang baru saja diterima.
Namun, seringkali yang terjadi adalah saya merasa seperti lupa semua yang baru saja saya baca. Ketika ditanya tentang isi halaman yang baru saya baca, jawaban yang sering keluar dari mulut saya adalah, "Saya tidak bisa mengingat apa pun!"
Bukan hanya dalam membaca, tetapi juga dalam menulis, saya mengalami kesulitan. Menulis membutuhkan proses yang panjang dan rumit, di mana otak harus mengolah kata-kata dan ide, lalu memilih yang tepat untuk dituliskan di atas kertas.
Namun, proses ini seringkali berakhir dengan kekacauan. Urutan kata dan ide yang terputus-putus membuat saya sulit menyusun kalimat menjadi tulisan yang terstruktur dengan baik. Membuat tulisan adalah proses yang jauh lebih rumit daripada yang mungkin dibayangkan, terutama bagi mereka yang mengalami disleksia.
Menyusun kalimat yang terorganisir dan runtut adalah tantangan besar, karena otak harus bekerja keras untuk berpindah dari satu langkah ke langkah berikutnya, dan ini sangat menguras energi.
Namun, tantangan ini bukan berarti tak bisa diatasi. Meskipun banyak proses yang bagi orang lain tampak otomatis, seperti memasukkan kaus kaki ke dalam laci tanpa perlu berpikir atau mengemudi ke tempat kerja tanpa memikirkan arah, bagi kami, penderita disleksia, tugas-tugas ini bisa memerlukan lebih banyak pemikiran.
Otak kami tidak bekerja dengan cara yang sama seperti otak orang lain. Hal-hal yang seharusnya bersifat otomatis, seperti mengingat di mana saya meletakkan sesuatu, sering kali membutuhkan perhatian yang lebih besar.
Tapi inilah kenyataannya: otak disleksia mungkin berfungsi secara berbeda, namun bukan berarti lebih rendah. Justru sebaliknya, dengan tantangan yang ada, kami belajar untuk lebih kuat dan lebih kreatif dalam mengatasi hambatan.
Disleksia bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari perjalanan untuk memahami diri sendiri dan cara otak bekerja. Memori kerja memang lemah, tetapi dengan latihan, strategi, dan dukungan yang tepat, kami mampu mengatasinya dan terus belajar.
Jadi, bagi kalian yang merasa memiliki kelemahan dalam memori kerja atau kesulitan lain dalam belajar, jangan menyerah. Ingatlah bahwa otak kita, meskipun berbeda, tetap memiliki potensi yang luar biasa.
Setiap tantangan adalah kesempatan untuk berkembang, dan setiap kesulitan adalah peluang untuk menemukan cara baru dalam memahami dunia.