Mohon tunggu...
Imam Bagus
Imam Bagus Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makan Sampah hingga Mati

23 April 2019   05:17 Diperbarui: 23 April 2019   05:30 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak perlu langkah yang begitu besar untuk merubanhnya. Memulai semuanya dari langkah kecil dan sederhana akan membawa dampak yang baik. Sudah banyak negara-negara yang melarang penggunaan barang yang terbuat dari plastik. 

Mulai dari sedotan yang diubah menjadi sedotan reuseable dan kantong belanja yang tidak disediakan oleh toko agar para pembeli membawa kantong belanja dari rumah. Semua ini sudah dapat dikatakan sebagai gerakan kecil untuk mengurangi sampah plastik.

Di Indonesia sendiri hanya beberapa tempat makan dan toko saja yang memberlakukan hal seperti itu. Tidak tegasnya pemerintah dalam mengatasi hal ini membuat Indonesia masih pantas jika disebut ebagai negara darurat sampah plastik. Bukan hanya kesadaran pemerintah, namun semua masyarakat Indonesia. 

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia. Pertama, alat makan dan minum yang terbuat dari plastik mulai diubah terbuat dari bahan stainless steel. Banyak bahan plastik sekali pakai jika diganti dengan bahan tersebut dapat dipakai berkali-kali dan lebih hemat. Kedua, menaikkan harga kantong plastik. 

Sesungguhnya kantong plastik berbayar telah diterapkan di beberapa toko dan minimarket, namun harganya yang cukup murah yaitu hanya satu rupiah membuat para pembeli merasa tidak keberatan dengan hal itu. Menaikkan harga plastik juga dapat dilakukan oleh produsen atau pabrik-pabrik pembuat plastik. 

Ketiga, pembuatan undang-undang terhadap produksi ataupun penggunaan bahan plastik yang tegas dari pemerintah. Hal ini akan memperkuat kegiatan mengurangi sampah plastik yang berdampak pada lingkungan darat maupun laut. 

Keempat, diadakannya sosialisasi tentang dampak dari sampah plastik. Sebagian masyarakat mungkin sama sekali tidak tahu menahu kemana sampah-sampah mereka akan berakhir dan apa saja dampak dari sampah plastik. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh siapapun itu untuk berbagi pengetahuan maupun informasi tentang sampah plastik dan menggalakkan gerakan anti sampah plastik.

Sudah banyak yang berkata "Jika bukan kita lalu siapa lagi yang menjaga bumi kita?". Kalimat itu sering sekali diucapkan dan didengar ketika ada kampanye-kampanye tentang lingkungan, namun sipembicara maupun sipendengarnya tak pernah memaknai secara sungguh-sungguh kalimat tersebut. 

Bila dicerna lebih dalam kalimat tersebut menggambarkan bagaimana sempurnanya manusia sebagai makhluk hidup di bumi. Manusia yang dapat merusak dan memperbaiki bumninya sendiri. Tidak mungkin jika manusia merusak alam lalu alam sembuh dengan sendirinya. Aturan mainnya tidak seperti itu. Hari Bumi sudah dekat. 

Marilah menjadi manusia yang lebih peduli lagi. Peduli terhadap sesama makhluk hidup dan lingkungan. Jika pencemaran lingkungan dapat teratasi bukan hanya mereka yang merasa nyaman, namun kita semua. Sampah plastik bukanlah makanan untuk ikan maupun kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun