"Ilmu itu ibarat buruan, dan tulisan adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kokoh."
Menulis itu mudah ketika kita menulis dari hati. Kata-kata yang lahir dari sanubari adalah refleksi kejujuran, seperti air yang mengalir dari mata air tanpa paksaan. Jika ingin menulis, mulailah dengan niat yang tulus. Jangan khawatir dengan keindahan bahasa, sebab Allah menilai niat di balik pena, bukan sekadar rangkaian kata.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Al-kalimatu at-thayyibatu syajarah tunbitu fil-qalbi, wa tsamratuhaa fil-lisaani awil-qalam
"Kata-kata yang baik adalah pohon yang tumbuh di hati, dan buahnya tampak pada lisan atau pena."
Lantas, apa yang membuat seseorang takut untuk menulis? Takut akan kritik, takut akan salah, atau takut akan kekurangan diri sendiri? Ketahuilah, kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Bahkan tinta yang tumpah sekalipun, lebih baik daripada diam tanpa mencoba.
Seorang bijak berkata:
Maa lam tukhti', fa anta lam tata'allam, wa maa lam taktub, fa anta lam tubqi atsaran
"Jika engkau tidak pernah salah, maka engkau tidak belajar. Dan jika engkau tidak menulis, maka engkau tidak meninggalkan jejak."
Menulis itu mudah ketika kita melepaskan diri dari belenggu kesempurnaan. Tuliskan apa yang ingin kau sampaikan, dan biarkan waktu yang menyempurnakannya. Mulailah dengan satu kalimat sederhana. Bahkan, Al-Qur'an yang agung pun diturunkan secara bertahap, tidak sekaligus.
Allah berfirman: