Mohon tunggu...
Imaduddin Kamal Thoriq
Imaduddin Kamal Thoriq Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa PWK'19 UNEJ

191910501048 S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Evaluasi Kemampuan Lahan bagi Pengembangan Pariwisata Desa Kemuninglor, Jember

6 Mei 2021   05:56 Diperbarui: 6 Mei 2021   06:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak potensi dari sumber daya alam yang belum dikembangkan dengan maksimal, termasuk salah satunya di sektor pariwisata. Pengembangan pariwisata yang memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa. Dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah diharapkan dapat terdorong untuk mendayagunakan lahan secara optimal dan bijaksana.

Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang sedang mengembangkan potensi wilayahnya karena memiliki sumber daya alam yang sangat potensial. Jember memiliki sejumlah objek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Desa Kemuninglor sebagai objek agrowisata yang akan dikembangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Jember. Bukit Rembangan merupakan objek wisata yang saat ini sering dikunjungi, dan ada juga beberapa objek wisata lain yaitu perkebunan kopi dan perkebunan buah naga yang bisa dijadikan sebagai objek agrowisata.

Sebagaimana sektor lainnya, pengembangan sektor pariwisata perlu didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana fisik, sehingga sangat diperlukan evaluasi lahan pada suatu kawasan yang akan direncanakan. Evaluasi lahan perlu dilakukan agar dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik sebagai pendukung pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, evaluasi lahan dilakukan untuk mengetahui daya dukung lahan bagi suatu peruntukan atau penggunaan lahan.

Menurut Sitorus (1985), jika dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan lahan sifatnya masih umum, sehingga dalam penelitian ini pariwisata yang dimaksud tidak mengklasifikasikan jenis pariwisata tertentu. Untuk mengevaluasi sumber daya lahan dapat dilakukan dengan membandingkan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut dengan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan tertentu.

Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam esai ini adalah mengevaluasi potensi kemampuan lahan untuk penyediaan sarana dan prasarana fisik dalam mendukung pengembangan pariwisata dengan menggunakan metode skoring dalam Sistem Informasi Geografis (SIG).

Tinjauan Teori

Evaluasi kemampuan lahan merupakan analisis yang digunakan dalam melakukan estimasi daya dukung lahan untuk penggunaan tertentu, sedangkan kesesuaian lahan lebih berfokus pada analisis tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.

Analisis kemampuan lahan dapat digunakan untuk menunjang kebijakan dan perencanaan penggunaan lahan yang optimal yang tujuannya harus berkesinambungan dan berkelanjutan. Kemampuan lahan yang tinggi mempunyai potensi besar dalam berbagai penggunaan, yang memungkinkan penggunaan yang intensif untuk berbagai macam kegiatan. Dalam analisis kemampuan lahan, lahan diklasifikasikan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah ciri-ciri tanah serta lingkungan lainnya. Kemudian setelah mengetahui faktor penghambatnya, maka potensi yang menghambat pemanfaatan lahan bisa direduksi. Diketahui terdapat tujuh jenis penghambat, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a (keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Setelah mengetahui karakteristik suatu lahan, maka upaya pemanfaatan yang optimal dapat dilakukan. Penilaian kemampuan lahan dapat juga digunakan untuk memperbaiki pengelolaan yang sudah ada sehingga bisa diperoleh bentuk konservasi yang tepat (Notohadiprawiro, 1991). Berikut ini merupakan pembagian kelas kemampuan lahan :

  1. Kelas I -- IV dapat digunakan untuk sawah, tegalan atau tumpangsari
  2. Kelas V untuk tegalan atau tumpang sari dengan tindakan konservasi tanah
  3. Kelas VI untuk hutan produksi
  4. Kelas VII untuk hutan produksi terbatas
  5. Kelas VIII untuk hutan lindung

Pembahasan Studi Kasus

Studi kasus ini berlokasi di desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa yang terletak di sekitar perbukitan Gunung Argopuro Kabupaten Jember. Batas administrasi geografis desa Kemuninglor yaitu terdapat Gunung Karangsela di sebelah utara, kecamatan Sukorambi  di sebelah barat, kecamatan Pakusari di sebelah selatan, serta desa Darsono di sebelah timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun