Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak potensi dari sumber daya alam yang belum dikembangkan dengan maksimal, termasuk salah satunya di sektor pariwisata. Pengembangan pariwisata yang memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa. Dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah diharapkan dapat terdorong untuk mendayagunakan lahan secara optimal dan bijaksana.
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang sedang mengembangkan potensi wilayahnya karena memiliki sumber daya alam yang sangat potensial. Jember memiliki sejumlah objek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Desa Kemuninglor sebagai objek agrowisata yang akan dikembangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Jember. Bukit Rembangan merupakan objek wisata yang saat ini sering dikunjungi, dan ada juga beberapa objek wisata lain yaitu perkebunan kopi dan perkebunan buah naga yang bisa dijadikan sebagai objek agrowisata.
Sebagaimana sektor lainnya, pengembangan sektor pariwisata perlu didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana fisik, sehingga sangat diperlukan evaluasi lahan pada suatu kawasan yang akan direncanakan. Evaluasi lahan perlu dilakukan agar dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik sebagai pendukung pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, evaluasi lahan dilakukan untuk mengetahui daya dukung lahan bagi suatu peruntukan atau penggunaan lahan.
Menurut Sitorus (1985), jika dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan lahan sifatnya masih umum, sehingga dalam penelitian ini pariwisata yang dimaksud tidak mengklasifikasikan jenis pariwisata tertentu. Untuk mengevaluasi sumber daya lahan dapat dilakukan dengan membandingkan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut dengan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan tertentu.
Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam esai ini adalah mengevaluasi potensi kemampuan lahan untuk penyediaan sarana dan prasarana fisik dalam mendukung pengembangan pariwisata dengan menggunakan metode skoring dalam Sistem Informasi Geografis (SIG).
Tinjauan Teori
Evaluasi kemampuan lahan merupakan analisis yang digunakan dalam melakukan estimasi daya dukung lahan untuk penggunaan tertentu, sedangkan kesesuaian lahan lebih berfokus pada analisis tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Analisis kemampuan lahan dapat digunakan untuk menunjang kebijakan dan perencanaan penggunaan lahan yang optimal yang tujuannya harus berkesinambungan dan berkelanjutan. Kemampuan lahan yang tinggi mempunyai potensi besar dalam berbagai penggunaan, yang memungkinkan penggunaan yang intensif untuk berbagai macam kegiatan. Dalam analisis kemampuan lahan, lahan diklasifikasikan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah ciri-ciri tanah serta lingkungan lainnya. Kemudian setelah mengetahui faktor penghambatnya, maka potensi yang menghambat pemanfaatan lahan bisa direduksi. Diketahui terdapat tujuh jenis penghambat, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a (keasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Setelah mengetahui karakteristik suatu lahan, maka upaya pemanfaatan yang optimal dapat dilakukan. Penilaian kemampuan lahan dapat juga digunakan untuk memperbaiki pengelolaan yang sudah ada sehingga bisa diperoleh bentuk konservasi yang tepat (Notohadiprawiro, 1991). Berikut ini merupakan pembagian kelas kemampuan lahan :
- Kelas I -- IV dapat digunakan untuk sawah, tegalan atau tumpangsari
- Kelas V untuk tegalan atau tumpang sari dengan tindakan konservasi tanah
- Kelas VI untuk hutan produksi
- Kelas VII untuk hutan produksi terbatas
- Kelas VIII untuk hutan lindung
Pembahasan Studi Kasus
Studi kasus ini berlokasi di desa Kemuninglor Kecamatan Arjasa yang terletak di sekitar perbukitan Gunung Argopuro Kabupaten Jember. Batas administrasi geografis desa Kemuninglor yaitu terdapat Gunung Karangsela di sebelah utara, kecamatan Sukorambi  di sebelah barat, kecamatan Pakusari di sebelah selatan, serta desa Darsono di sebelah timur.
Dalam analisis peta kemampuan lahan untuk pariwisata dengan menggunakan metode skoring dalam sistem informasi geografis (SIG) dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian terdapat 3 (tiga) kelas yaitu :
- Kelas II, merupakan kemampuan lahan yang mempunyai daya dukung baik dengan sedikit faktor pembatas berupa kelerengan agak curam ( 16 -- 25 %) dengan luas area 45, 98 Ha
- Kelas III, merupakan kemampuan lahan yang mempunyai daya dukung agak baik dengan beberapa faktor pembatas berupa sebagian besar kenampakan erosi berat disertai dengan drainase yang tergenang sementara ketika turun hujan dan lahan yang selalu tergenang air. Luar area pada kelas III ini yaitu 992, 47 Ha.
- Kelas IV, merupakan kemampuan lahan yang mempunyai kondisi jelek dengan banyak faktor pembatas seluas 64,91 Ha berupa drainase, tekstur tanah, dan erosi.
Berdasarkan data analisis tersebut diketahui bahwa hasil evaluasi kemampuan lahan yang mendukung untuk pengembangan pariwisata terdapat di sebagian besar Dusun Rayap dikarenakan memiliki daya dukung baik. Selain itu di sebagian besar Dusun Rayap terdapat area tutupan lahan berupa perkebunan dan lahan kosong. Hal tersebut telah sesuai dengan pengembangan pariwisata yang sudah terdapat di daerah penelitian.
Sumber Penelitian :
Yoga, F. D., & Khomsin, K. 2013. Evaluasi Kemampuan Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Dengan Menggunakan Data Citra Satelit. Geoid, 8(2), 151-159.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H