Mohon tunggu...
Ilyas Syatori
Ilyas Syatori Mohon Tunggu... Lainnya - Pemuda Desa

Kadang menulis, kadang berkebun, lebih banyak tidur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendulum Kapitalisme dan Sikap Intelektual Muslim Kita (Bag-1)

11 Mei 2022   19:44 Diperbarui: 11 Mei 2022   20:34 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem buruk neo-liberal yang dilegitimasi oleh regulasi negara ini pada akhirnya membawa pada krisis-krisis yang menimpa masyarakat luas akhir-akhir ini seperti angka kemiskinan yang terus naik terlebih di masa pandemi ini dan krisis ekologi.

 Adapun problem ekologi yang menggejala diseluruh bagian dunia, umumnya terjadi di dunia ketiga, tempat dimana perusahaan besar memproduksi dan mengambil bahan baku dari produknya. Dengan tujuan akumulasi kapital dan mendapat bahan baku murah, kemudian didukung pemerintahan korup maka eksploitasi besar-besaran oleh perusahaan multi-nasional terhadap alam dunia ketiga tidak terkendali. 

Akibatnya, kondisi alam rusak serta membawa petaka pada kebencanaan yang dalam beberapa tahun ini terus terjadi di Indonesia.

Banjir menenggelamkan Kalimantan-Jawa, Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan, tanah longsor, abrasi akibat naiknya permukaan air laut di pesisir pulau Jawa, tenggelamnya daerah Jakarta dalam 10 tahun yang akan datang, kekeringan banyak terjadi, dslb. 

Adalah sebagian potret dari efek rusaknya alam di Indonesia akibat ulah industri besar yang rajin meng-eksploitasi alam Indonesia dengan upaya minim restorasi, reboisasi, ataupun reklamasi.

Fakta-data dari riset yang dilakukan oleh Jurnalis, NGO maupun akademisi menunjukkan bahwa, dalam konteks Indonesia, sejak dibukanya kran liberalisme era Orba telah terjadi eksploitasi besar-besaran alam Indonesia. Bisnis Ekstraksi pengelolaan hasil hutan di Indonesia sampai dengan awal tahun 1980-an dijual dalam bentuk kayu gelondongan (log) dengan jumlah mencapai lebih dari 70% total hasil kayu.

Pendapatan Indonesia dari penjualan kayu log tersebut mencapai 6 juta US dolar pada tahun 1966 dan bertambah menjadi 564 juta US dolar pada tahun 1974, di penghujung tahun 1979 mencapai 2,1 miliar US dolar atau 350 kali lipat sejak sebelas tahun sebelumnya.

Eksploitasi hutan dengan masifnya penerbitan HGU kepada pengelola yang umumnya swasta besar (korporat) terus terjadi hingga hari ini dengan variasi kepentingan industri seperti perkebunan, pertambangan, dlsb. Total sejak era Soeharto hingga Jokowi hari ini HGU yang diterbitkan pemerintah sejumlah 5.431.651 ha atau empat kali lipat luas pulau Jawa.

Sedangkan kemiskinan merupakan efek pasti dari sistem kapitalisme sejak sistem ini menemukan momentumnya pada revolusi industri di Inggris abad-18 lalu. 

Mansour Fakih berpendapat bawa kemiskinan dan ketimpangan ekstrim yang menggejala di seluruh lapisan masyarakat saat ini sama halnya seperti yang terjadi pada saat tahap awal kapitalisme oleh sebab pembangunan dan insutrialisasi.

Ia menyatakan bahwa sistem ini bagi dunia ketiga sama halnya dengan penjajahan kolonialisme, bentuknya saja yang berbeda namun fungsinya tetap sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun