"Ayolah Thur, nanti gue traktir makan siang deh." Tawar Raga yang hanya di balas gelengan oleh Arthur.
"Ok!! Traktir makan siang selama seminggu, gimana?." Tambah Raga.
"Seminggu ya bener."
"Iya iya iya, cepet mana bukunya." Arthur pun memberikan buku tugas miliknya.
"Makasih ganteng."
"Dasar gak normal." Cibir Arthur yang tidak di balas oleh Raga yang sedang fokus menyontek.
Arthur selalu bingung punya sahabat seperti Raga ini apakah sebuah anugrah ataukah musibah, Raga yang orangnya ceroboh, berisik, tidak bisa diam seperti cacing kepanasan, tetapi di satu sisi dia adalah orang selalu ada setiap Arthur membutuhkan, yang selalu mendukungnya di setiap keadaan, dan yang selalu memberinya semangat ketika sedang terpuruk. Itulah sebabnya Arthur menganggap Raga sebagai kakaknya sendiri.
Bel sekolah berbunyi, siswa yang tadinya berada dalam kelas berhamburan keluar menuju lapangan untuk melaksanakan upacara. Upacara berjalan dengan khidmat meskipun ada beberapa orang yang jatuh pingsan.
"Pak wawan datang woi!! Cepetan duduk." Ucap Junaedi sang ketua kelas yang kerap di panggil Juned.
"Ih aku belum beres nulis tugasnya gimana dong." Rengek Felicia yang belum menyelesaikan tugasnya.
"Gibah terus sih dari tadi." Balas Raga.