[caption id="attachment_418884" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi - beras (Shutterstock)"][/caption]
Ternyata beras plastik bukan hanya isu yang beredar di Indonesia. Tetapi pada tahun 2011 sudah masuk ke Hongkong, Vietnam, dan Malaysia. Untuk kasus tahun 2015 ini, mediaThe Strait Times melaporkan bahwa beras plastik telah merambah negara-negara Asia, kecuali Singapura.
Untuk kasus di Indonesia, kecurigaan konsumen terjadi ketika seorang penjual bubur ayam membuat bubur dari beras, tetapi kok berasnya gak melembut. Dia membeli beras di pasar Tanah Merah Bekasi. Kecurigaan bahwa jangan-jangan beras yang dibelinya beras plastik membuat ibu tersebut melapor ke BPOM.
Sayang, BPOM tidak merespons, karena bukan dianggap sebagai otoritas BPOM untuk melakukan pengawasan dan menjamin keamanan beras di pasar. Itu tugas Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Kemendag merupakan otoritas kompeten untuk pengawasan perdagangannya, sedangkan Kementerian Pertanian merupakan otoritas kompeten pengawasan keamanan pangan segar (termasuk beras) di pasar, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.
Memang, Dinas Perdagangan Bekasi telah datang ke rumah ibu tersebut untuk mengambil sampel beras. Begitu juga di pasar tradisional untuk dilakukan pengetesan terhadap beras yang ada di pasar tersebut. Namun sayang, hasil tesnya harus menunggu 2 minggu lagi.
Tentu saja itu waktu yang lama. Nah, bagi konsumen, bagaimana cara cepat dalam melakukan identifikasi beras yang dibeli apakah beras plastik atau bukan? Cara cepat tersebut adalah:
1. Beberapa butir/segenggam beras yang ada dibakar, jika mengandung plastik, bau plastik akan tercium.
2. Ketika ditanak, beras tersebut juga akan mengeluarkan lapisan tipis plastik. Lapisan ini juga bisa dibakar, dan diidentifikasi baunya dengan bau plastik. Beras asli juga akan mengeluarkan seperti air tajin yang kental, tetapi itu bukan lapisan plastik
3. Beras plastik akan lengket jika disetrika. Beda dengan beras biasa yang tetap dengan butiran-butirannya.
Selain itu, secara kasat mata, jika berada di pasar/toko beras, perbedaan beras plastik dengan beras asli adalah:
1. Genggam dengan ukuran tangan, beras plastik akan terasa lebih ringan
2. Beras plastik berwarna bening mulus, sementara beras asli ada warna putih susunya, dan ada gurat-gurat garis di butirannya
3. Beras plastik sulit dijadikan bubur, cenderung mengeras dan sulit bercampur dengan air.
4. Wangi beras plastik biasa saja, sementara beras asli mengeluarkan wangi khas nasi yang matang.
Yang jelas, beras plastik ini berbahaya sekali bagi kesehatan. Dan rasanya gemes sekali dengan produk-produk Tiongkok yang sering sekali mengeluarkan produk palsu. Dulu ada kasus telur palsu lah, susu bayi dicampur melamin (sejenis plastik juga!), kemudian beras dikasih pewangi dijual premium, dan seterusnya.
Jadi, walaupun pemerintah memang tidak membuka kran impor beras, apalagi dari Tiongkok, tetapi pintu masuk produk ilegal di Indonesia sangat luas. Siapa yang bisa mengontrol barang ilegal? Diharapkan Kemendag bekerja sama dengan kepolisian, atau militer di perbatasan untuk pengawasan ini. Bukan saja pengawasan yang menyangkut soal legalitas, kelengkapan dokumen, tetapi menyangkut juga keamanan produk. Jadi pihak pengawasan juga dilengkapi dengan alat tes cepat, atau laboratorium mini yang bisa mengidentifikasi suatu produk berbahaya atau tidak.
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H