Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sinergi IKN Dan Belt And Road Initiative Siapa Yang Diuntungkan?

7 November 2023   16:13 Diperbarui: 13 November 2023   16:40 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: detikfinance.com

Presiden Jokowi telah  membuka Belt and Road Forum (BRF) ketiga di Great Hall of The People, Beijing, Cina pada Rabu (18-10-2023). Pada kesempatan itu, di hadapan
Presiden Xi Jinping, orang nomor satu di RI ini mengatakan tentang ada tiga hal yang ingin disampaikan berkaitan dengan Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Modern China.

Jokowi bercerita RI memiliki proyek nasional Kereta Cepat jakarta-Bandung (KCJB) yang kemudian disinergikan dengan Belt and Road Initiative yang sudah beroperasi. Presiden juga  mengatakan, ada beberapa proyek  yang akan disinergikan dalam proyek Belt and Road Initiative yaitu  pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), transisi energi, dan hilirisasi industri.

Tak Memberi Untung

Ekonom dari Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Muhammad Hatta menilai sinergi IKN dengan Belt and Road Initiative tidak akan memberikan untung bagi RI.
Melalui kanal Khilafah News, yang bertajuk "Terkuak Jokowi Jual IKN Ke Cina?" di Kabar Petang ( Selasa, 24-10-2023) ia menyatakan,  "Tawaran Pak Jokowi berkaitan dengan pembangunan IKN kepada pemerintah Tiongkok, dugaan kuat kami tidak akan banyak menguntungkan Indonesia."

Hatta mendasarkan pendapatnya pada  jejak investasi Cina  sebelumnya. Menurutnya, jejak investasi Cina sudah ada sejak 2005. Hingga tahun 2022 totalnya mencapai US$59,7. Dari total investasi, yang paling banyak  di sektor energi (25,6 miliar US$). Terbanyak berikutnya adalah metal. Tidak heran kalau hilirisasi nikel di Sulawesi itu bagian dari investasi Cina di sektor metal atau logam.

Ironisnya, investasi di sektor energi besar, tetapi rakyat    
malah makin susah untuk mendapatkan manfaat  energi semisal listrik dan BBM. Hal itu terjadi pada penguranga subsidi yang semakin kecil, bahkan subsudi bakal dihapuskan.

Sementara itu, di saat energi yang berbasis minyak berpindah ke energi yang berbasis listrik, inipun juga tidak menguntungkan Indonesia. Pasalnya, saat pemerintah mendorong penggunaan electric vehicle  atau kendaraan listrik, pembangkitnya 60% dari batubara. Data lain mengungakapkan, 40% pembangkit listrik datang dari pembangkit listrik swasta yang kebanyakan dari Cina dan India. Di mana letak menguntungkan bagi Indonesia kalau batu bara dan pembangkit listriknya dikuasai swasta?

Tata Kelola Yang Keliru

Menurut Hatta, terdapat kekeliruan hal tata kelola negara RI sehingga negara yang sudah  78 tahun merdeka ini belum bisa mandiri dan tetap bergantung kepada pihak luar.

Pembangunan infrastruktur digenjot, namun demi kepentingan investor. Seharusnya pembangunan infrastruktur diarahkan pada pelayanan khususnya pada pemenuhan kebutuhan rakyat yang mendasar. Misalnya  agar bagaimana Indonesia tidak lagi impor beras, bagaimana agar warga tidak kekurangan air saat kemarau, dan tidak banjir saat musim penghujan sehingga ekonomi berjalan baik," harapnya.

Masih menurutnya, Indonesia  membebek pada skenario Belt and Road Initiative dengan membangun bandara,  dermaga, jalan tol, IKN, terminal- terminal, dengan dana triliunan, tetapi tidak jarang malah terbengkelai dan kurang bermanfaat untuk rakyat.

Ia mencontohkan, dalam pembangunan IKN, nuansa yang akan diuraikan adalah cara mendorong Gross Domestic Product (GDP) agar tumbuh terus sehingga rakyat makmur. Padahal, negara dengan GDP tertinggi yaitu AS dengan  US$24 triliun per tahun saja, tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah kemiskinannya. dan ketimpangan pendapatannya.

Bila problem yang ingin dipecahkan dengan membangun IKN, lanjutnya, ingin menggeser pembangunan ekonomi Indonesia agar tidak lagi terfokus di Pulau Jawa, itu juga tidak tepat.
Karena meski 60% GDP Indonesia itu ada di Jawa, tetapi  kemiskinan terbesar di Indonesia hingga 50 %  juga ada di Pulau Jawa. Justru di Kalimantan kemiskinannya paling kecil. 

Lebih-lebih bila  pembangunan IKN berasal dari investasi, ini akan menambah rumitnya persoalan , karena investasi  berarti hutang yang sudah pasti ada kompensasi yang harus dibayar.  

Kepentingan China Di Balik Belt and Road Initiative

China sangat ambisius dalam menguasai ekonomi dunia. Melalui Belt and Road Initiative, keinginan mereka diharap  dapat  diwujudkan. Strateginya adalah dengan mengucurkan pinjaman yang besar. Dana ini diakuisisi sebagai dana bantuan yang dapat menolong negara-negara dunia ketiga untuk membangun infrastruktur dan sebagainya.

Bila kita cermati, negara yang memperoleh kucuran pinjaman China adalah negara yang wilayahnya dilewati jalur Belt and Road Initiative.
Artinya, China sengaja melakukan investasi ke negara tersebut untuk memperlancar jalur sutranya. Investasi sudah pasti pada akhirnya tujuannya mendapatkan keuntungan.

Klaim China bahwa bantuannya dapat melancarkan pembangunan negara bersangkutan, tak sesuai kenyataan. Karena realitanya banyak negara penerima bantuan ini yang justru mengalami kesulitan keuangan bahkan, ada negara yang gagal bayar utang seperti Zambia dan Sri Lanka. Negara lain seperti Argentina, Etiopia, Kenya, Malaysia, Montenegro, Pakistan, Tanzania, dan Afrika Sub Sahara merupakan negara-negara yang terjerat utang hingga perlu keputusan yang dapat melumpuhkan negara tersebut.

China tidak memberikan bantuan begitu saja.Tidak ada makan siang gratis bagi negeri Tiongkok itu. Keuntungan selalu menjadi tujuan,  kerenanya utang yang diberikan selalu berbunga. Kita dapat membayangkan betapa kehidupan negara yang selalu membangun infrastruktur dari  dana utang, kehancuran akan mengancamnya.

Pada titik kehancuran itulah, China datang dengan dalih membantu. China, dengan ucapan manisnya merebut beberapa kekayaan alam lewat investasi pembangunan bidang infrastruktur.  Bagaimana jadinya jika infrastruktur strategis seperti bandara, pelabuhan, jalan tol, gedung pemerintah, hingga pulau diminta untuk menutup utang? Ngeri!

Tanggung Jawab Negara

Sejatinya, membangun infrastruktur dan membiayai kebutuhan pokok rakyat itu merupakan tanggung jawab negara. Pemerintah wajib berupaya mandiri untuk mewujudkannya. Tidak layak sebuah negara merdeka masih terus mengharap bantuan negara lain.  Dengan Investor Asing, negara akan menjadi bulan-bulanan negara peminjam.

Negara harus tegas dan berani menolak tawaran investasi dari China. Bukan malah merasa bangga, seperti pemerintahan saat ini. Meskipun kelihatannya menguntungkan Indonesia, nyatanya dengan investasi, China bakal lebih untung. Sebagai contoh, ketika Indonesia mengizinkan China mendirikan pabrik nikel, nagara ini mendekati SDA murah karena tidak perlu biaya transportasi. 

Dari satu izin usaha ini saja, China  mendapat keuuntungan melimpah, mulai dari bahan baku murah, pabrik dekat SDA, pegawai Cina, pegawai Indonesia (gaji murah), dll., padahal nantinya hasil produksi baterai nikel itu akan dijual mahal. 

Menoleh Pada  Sistem Islam

Islam memiliki sikap tegas dalam menentukan hubungan luar negeri antara negara berbasis Islam dan yang bukan. Islam, dengan sistem pemerintahannya, akan memutuskan segala hubungan internasional dengan negara yang memusuhi Islam, termasuk Cina. Khilafah juga tidak akan menerima investasi yang berasal dari jalan yang haram, seperti investasi tentang pemanfaatan SDA.

Berkaitan dengan pembangunan,  Islam memiliki konsep dana yqng memadai untuk membangun infrastruktur. Baitulmal sebagai pengatur keuangan negara akan mendapatkan dana dari berbagai sumber yang bersifat pasti. Ada pos zakat yang akan diberikan kepada asnaf  yang berhak mendapatkan. Lalu sumber daya alam yang merapakan harta milik rakyat akan dikelola oleh negara, hasilnya akan ubtuk mengurus kemaslahatan rakyat. Selain itu ada lagi pendapatan seperti kharaj, fai, ganimah, dst. Dari sini, negara tidak akan kesulitan dalam membangun infrastruktur. 

Karenanya negara yang kuat tidak akan menggantungkan hidup pada negara Cina. Sampai kapan pun, Cina tidak akan membiarkan Indonesia melebihinya. Dengan begitu kerja sama Belt and Road Initiative ini banyak merugikan. Apabila ingin mandiri, hanya Islam jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun