Masih menurutnya, Indonesia  membebek pada skenario Belt and Road Initiative dengan membangun bandara,  dermaga, jalan tol, IKN, terminal- terminal, dengan dana triliunan, tetapi tidak jarang malah terbengkelai dan kurang bermanfaat untuk rakyat.
Ia mencontohkan, dalam pembangunan IKN, nuansa yang akan diuraikan adalah cara mendorong Gross Domestic Product (GDP) agar tumbuh terus sehingga rakyat makmur. Padahal, negara dengan GDP tertinggi yaitu AS dengan  US$24 triliun per tahun saja, tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah kemiskinannya. dan ketimpangan pendapatannya.
Bila problem yang ingin dipecahkan dengan membangun IKN, lanjutnya, ingin menggeser pembangunan ekonomi Indonesia agar tidak lagi terfokus di Pulau Jawa, itu juga tidak tepat.
Karena meski 60% GDP Indonesia itu ada di Jawa, tetapi  kemiskinan terbesar di Indonesia hingga 50 %  juga ada di Pulau Jawa. Justru di Kalimantan kemiskinannya paling kecil.Â
Lebih-lebih bila  pembangunan IKN berasal dari investasi, ini akan menambah rumitnya persoalan , karena investasi  berarti hutang yang sudah pasti ada kompensasi yang harus dibayar. Â
Kepentingan China Di Balik Belt and Road Initiative
China sangat ambisius dalam menguasai ekonomi dunia. Melalui Belt and Road Initiative, keinginan mereka diharap  dapat  diwujudkan. Strateginya adalah dengan mengucurkan pinjaman yang besar. Dana ini diakuisisi sebagai dana bantuan yang dapat menolong negara-negara dunia ketiga untuk membangun infrastruktur dan sebagainya.
Bila kita cermati, negara yang memperoleh kucuran pinjaman China adalah negara yang wilayahnya dilewati jalur Belt and Road Initiative.
Artinya, China sengaja melakukan investasi ke negara tersebut untuk memperlancar jalur sutranya. Investasi sudah pasti pada akhirnya tujuannya mendapatkan keuntungan.
Klaim China bahwa bantuannya dapat melancarkan pembangunan negara bersangkutan, tak sesuai kenyataan. Karena realitanya banyak negara penerima bantuan ini yang justru mengalami kesulitan keuangan bahkan, ada negara yang gagal bayar utang seperti Zambia dan Sri Lanka. Negara lain seperti Argentina, Etiopia, Kenya, Malaysia, Montenegro, Pakistan, Tanzania, dan Afrika Sub Sahara merupakan negara-negara yang terjerat utang hingga perlu keputusan yang dapat melumpuhkan negara tersebut.
China tidak memberikan bantuan begitu saja.Tidak ada makan siang gratis bagi negeri Tiongkok itu. Keuntungan selalu menjadi tujuan,  kerenanya utang yang diberikan selalu berbunga. Kita dapat membayangkan betapa kehidupan negara yang selalu membangun infrastruktur dari  dana utang, kehancuran akan mengancamnya.
Pada titik kehancuran itulah, China datang dengan dalih membantu. China, dengan ucapan manisnya merebut beberapa kekayaan alam lewat investasi pembangunan bidang infrastruktur. Â Bagaimana jadinya jika infrastruktur strategis seperti bandara, pelabuhan, jalan tol, gedung pemerintah, hingga pulau diminta untuk menutup utang? Ngeri!
Tanggung Jawab Negara