Mohon tunggu...
ilham zulkarnaen
ilham zulkarnaen Mohon Tunggu... Guru - Tempat bekerja

Pendidik di SMP Negeri 6 Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1 November 2021   21:00 Diperbarui: 1 November 2021   21:18 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, convergentie theorie, aliran ini mengambarkan bahwa anak dilahirkan di dunia seperti selembar kertas putih yang sudah terisi tulisan penuh, tetapi tulisannya nampak buram dan tidak jelas. Artinya pendidik memiliki kewajiban untuk menebalkan tulisan yang nampak buram dan yang berisi hal-hal yang baik, dengan harapan suatu saat nanti anak memiliki budi pekerti yang baik. Sedangkan tulisan yang memiliki makna kurang baik tidak ditebalkan dan dibiarkan buram agar suatu saat nanti tidak mengarahkan anak ke hal-hal yang buruk.

Menururt convergentie theorie watak manusia itu dibagi menjadi 2 (dua). Pertama, intelligible atau intelektual, merupakan bagian dari kecerdasan pikiiran yang dapat berubah sesuai dengan pengaruh pendidik atau pengaruh keadaan. Misalnya, kelemahan pikiran, kurang baiknya pemandangan atau kurang cepatnya seseorang dalam berfikir dan lain-lain. Kedua, biologis, merupakan dasar hidup manusia yang tidak dapat dirubah. Misalnya rasa takut, rasa malu, rasa iri kecewa dan lain-lain.

Pendidik jangan berputus asa karena menganggap tabiat-tabiat yang biologis (rasa takut, rasa malu, rasa iri dan lain-lain) hidup berperasaan tidak dapat dihilangkan. Kecerdasan seseorang dapat menutupi tabiat-tabiat perasaan yang tidak baik dengan cara menguasai diri sendiri. Budi pekerti, watak atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak, pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. “Budi” memiliki arti pikiran, perasaan atau kemauan, sedangkan “pekerti” memiliki arti tenaga. Jadi budi pekerti adalah merupakan jiwa manusia mulai dari angan-angan hingga menjelma menjadi tenaga. Dengan adanya budi pekerti manusia yang memiliki sifat dasar yang jahat dapat ditutupi atau dikurangi. Sifat atau tabiat-tabiat jahat pada diri manusia tidak dapat dihilangkan karena sudah menyatu dengan jiwa manusia.

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula bahagia. Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter yang baik bagi seorang anak.

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi pekerti atau membentuk watak individu. Keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat jaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu ditanamkan nilai-nilai Pancasila untuk menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam diri setiap individu pelajar. Penanaman nilai-nilai luhur Pancasila bertujuan untuk mewujudkan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan ciri utama “Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif” yang lebih dikenal dengan Profil Pelajar Pancasila.

Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat terwujud apabila kita menerapkan “Merdeka Belajar” yang berorientasi pada siswa atau peserta didik. Manusia merdeka adalah yang hidupnya lahir atau batinnya tidak tergantung dengan orang lain, akan tetapi bersandar diatas kakinya sendiri.

Setelah saya mempelajari dan merefleksi tentang Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, ada beberapa pokok penting yang akan saya sampaikan sebagai bekal sebagai peserta Pendidikan Calon Guru Penggerak:

APA YANG SAYA PERCAYA TENTANG MURID DAN PEMBELAJARAN DIKELAS SEBELUM SAYA MEMPELAJARI MODUL 1.1.

 

Yang saya percaya tentang peserta didik yang ada di sekolah tempat saya bekerja sebelum saya mempelajari modul 1.1. adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun