Penggunaan desain kemasan pada makanan kini telah menjadi sorotan penting, salah satunya banyak pengkajian dilakukan untuk mengetahui dampaknya terhadap daya tarik produk dan perilaku konsumen. Desain kemasan yang baik tidak hanya menarik, namun juga berperan penting dalam membentuk identitas produk dan dapat menciptakan pengalaman positif bagi konsumen. Dalam konteks makanan tradisional seperti Kipo, desain kemasan memiliki peranan penting dalam menjaga warisan budaya dan tradisi. Kemasan daun pisang tidak hanya berfungsi sebagai pelindung produk, tetapi juga dipercaya dapat berpengaruh kepada kesehatan. Seperti yang telah diungkapkan, daun pisang memiliki sifat alami yang dapat menjaga kebersihan dan kesegaran makanan, serta menambah cita rasa pada hidangan(Hasanah, 2022). Selain itu daun pisang juga berguna sebagai sarana untuk menyampaikan cerita dan budaya, serta mendukung keberlangsungan makanan tradisional di tengah era modernisasi.
Data yang kami dapatkan berasal dari hasil observasi toko Kipo Bu Djito dan Bu Amanah. Bu Amanah telah berjualan kipo sejak 1999, meneruskan usaha Kipo Bu Djito yang dimulai sejak tahun 1930, sementara kipo Bu Djito kini diteruskan oleh putri kandungnya yaitu Bu Istri Rahayu. Fenomena penurunan generasi ini mencerminkan bahwa Kipo tetap eksis karena masih memiliki peminat setia hingga saat ini, Â ukuran Kipo yang tak terlalu besar justru malah membuat banyak orang semakin ketagihan karena memiliki rasa yang lezat (Ramdani, 2023). Bahan utama kipo adalah tepung ketan, gula jawa, dan kelapa muda. Cara pembuatan dimulai dengan membuat adonan tepung ketan yang diisi campuran kelapa dan gula jawa, lalu dibungkus oleh daun pisang untuk dipanggang. Keunggulan daun pisang sebagai kemasan adalah bisa memberikan aroma yang khas pada makanan, serta memiliki lapisan lilin yang membuatnya cukup kedap air (Daisy 2024). Setelah dipanggang, kipo dibungkus dengan daun pisang baru dan terakhir dibungkus menggunakan cover kertas. Sebelumnya, cover kertas kipo diikat, tetapi sekarang menggunakan staples untuk menunjang efisiensi. Kedua kemasan kipo dari Kipo Bu Amanah dan Kipo Bu Djito ditemukan kesamaan dalam penggunaan daun pisang dan kertas yang di staples. Keduanya bertujuan sama untuk melestarikan nilai orisinalitas rasa makanan sekaligus menjaga lingkungan dengan meminimalisir penggunaan bahan yang sulit terurai.
Pada desain kertas untuk luaran daun pisang kipo, terdapat informasi pendukung yang menarik. Dikaitkan dengan pembahasan mengenai kemasan tradisional, nilai estetis yang terkandung  dalam  kemasan  tradisional  tersebut  tidak  sebatas  muncul  dari keindahan  bentuknya,  pengertian  nilai  estetisnya  dapat  menjadi  luas,  misalnya nilai  estetis  yang  hadir  justru  dari  unsur  budaya  teradat  atau  nilai  tradisi  dari bentuk kemasan makanan tersebut (Sabana, 2007). Seperti pada gambar dua dimana informasi denah lokasi toko didesain menyerupai bentuk wayang jawa. Fungsi dari wayang kemudian terus berkembang dari zaman ke zaman, sebagai sarana informasi, dakwah, pendidikan, hiburan, hingga pemahaman filosofis (Yuniarto, 2023) Bentuk kemasan kipo yang jika ditutup dengan staples begitu serasi dengan bentuk dasar wayang yang berbentuk jajar genjang. Elemen lain seperti kode PIRT Halal, alamat, dan instruksi pembuangan kemasan disusun sedemikian efisien pada kemasan kertas kipo agar tidak merusak bentuk dasar jajanan itu sendiri.
   Â
                                Â
Dari hasil observasi terkait dengan desain kemasan organik pada Kipo ternyata memiliki kontribusi yang cukup besar untuk mempertahankan cita rasa otentik dari Kipo itu sendiri. Namun, masih menjadi pertanyaan besar mengapa Kipo yang terus menggunakan kemasan organik tetap eksis dan diminati hingga saat ini. Untuk mengetahui lebih lanjut, penelitian ini menggunakan pendekatan nilai estetika untuk mengetahui seberapa jauh peran desain kemasan organik terhadap eksistensi Kipo. Menurut Sumbo Tinarbuko selaku dosen Desain Komunikasi Visual pada mata kuliah Estetika Desain di ISI Yogyakarta, Nilai estetika sendiri dapat diidentifikasi dengan mengevaluasi dan menginterpretasi melalui proses kesadaran mengetahui, mengingat untuk mencetuskan relasi antara subjek dan objek yang kemudian dijabarkan dalam transkrip verbal, visual maupun gabungan dari desain kemasan organik. Beliau juga menambahkan bahwa terdapat 5 sila yang terdapat pada estetika desain sebagai indikator kualitas dari estetika subjek atau objek yang diteliti. Kelima sila tersebut antara lain, kesederhanaan, noveltis atau masa depan, simbol, tata nilai dan tata kelola peradaban, feminitas dan maskulinitas yang di dijabarkan sebagai berikut:
A. Sila Kesederhanaan Pada Kemasan Kipo
Penggunaan daun pisang sebagai kemasan untuk membungkus Kipo menunjukkan kesederhanaan dan keterikatan dengan bahan-bahan alami yang mudah didapat. Ini menunjukkan proporsi yang baik antara fungsi dan bentuk sederhana yang ramah lingkungan. Simbolisme dalam penggunaan bahan alami seperti daun pisang juga mencerminkan warisan tradisional dan lokalitas yang menonjolkan keunikan budaya setempat, dan menambah nilai pada kemasan organik. Penggunaan elemen visual kebudayaan wayang dan gunung merepresentasikan simbolisme dan nasionalisme Kota Gede Yogyakarta. Hal ini memberikan sentuhan budaya yang mendalam pada kemasan dalam mencerminkan kebanggaan akan warisan budaya. Selain itu, kesederhanaan kemasan organik Kipo dalam estetika desain bisa diketahui dengan sikap nasionalisme masyarakat dari Kipo dari awal kepopulerannya pada tahun 1930 hingga sekarang dengan tetap mempertahankan menggunakan bahan organik yang merepresentasikan identitas Kipo sebagai kuliner khas Kota Gede.
B. Sila Masa Depan Pada Kemasan Kipo
Unsur Noveltis pada Kipo sendiri bisa ditemui pada perubahan bahan kemasan organik dari yang awalnya menggunakan daun pisang kini dikombinasikan dengan kertas dengan tujuan memudahkan penulisan informasi pada kemasan dan mempercepat  proses pengemasan kipo itu sendiri. Selain itu Bu Amanah menambahkan "Ya, selain pakai kertas saya pakai staples juga mas biar cepet. Kalau dilipat terus diikat kaya dulu kelamaan dan lebih capek." Meskipun tidak beralih ke kemasan modern sepenuhnya, Bu Amanah dan Bu Rahayu yakin bahwa kemasan organik Kipo tetap memiliki daya saing di pasar yang modern. Hal ini ditunjukan oleh kebutuhan konsumen yang mulai kembali beralih pada aspek organik yang dinilai lebih aman dan ramah lingkungan.
C. Sila Simbol Pada Kemasan Kipo
Kipo dengan isian gula jawa dan kelapa yang dibungkus dengan adonan ketan menggunakan tangan menggambarkan kesederhanaan yang dapat menjadi simbol yang merepresentasikan citra kipo dalam estetika desain. Aspek simbolik lain pada kemasan kipo yaitu penyusunan layout yang simetris pada informasi yang ditampilkan di kemasan. Hal ini menunjukkan penggunaan prinsip desain yang matematis dan terukur. Keseimbangan dalam tata letak ini menambah estetika visual kemasan, menciptakan tampilan yang tertata rapi dan terorganisir, mencerminkan keteraturan dan harmoni.