Anak-anak muda ini mulai melucuti kekuatan Raja. Pertama, Raja tak lagi dapat undangan di acara-acara penting. Mulanya anak-anak muda itu sembunyi-sembunyi dan cari alasan mengapa tak mengundang Raja.
Tapi belakangan, ketika orang mulai terbiasa tanpa Raja, anak-anak muda itu terang-terangan bahwa Raja tak perlu lagi datang ke acara di desa.
"Beri kesempatan yang muda untuk berkreasi, pak," kata Soni pada Raja.
Raja mencoba memperlihatkan wibawanya. Dia duduk dengan di atasnya foto kala dia masih muda dan jadi kepala desa.
Raja bicara panjang lebar tentang prestasinya. Seolah ingin mengatakan bahwa dia adalah legenda.
"Mana bukti fotonya pak Raja, bahwa bapak berprestasi?" Tanya Manan, anak muda lainnya.
Yang ditanya gelagapan. Sebab zaman itu masih jarang foto. Apalagi desaku sangat tertinggal. Listrik masuk desa di tahun 2000.
"Kalau tak ada foto sebagai bukti, maka sejarah selama ini yang bapak banggakan bisa kami katakan, sejarah palsu," kata Manan.
Raja hanya bisa geregetan. Dia tak berani marah karena takut wibawanya tumpah. Ketika anak-anak muda itu pergi, Raja mengumpat dengan sangat. Dia merasa dilecehkan.
Malam harinya Raja menelepon orang-orangnya. Dia ingin agar para anak muda itu disingkirkan saja. Raja ingin agar desa tetap genuine seperti di masanya.
Raja menelepon para orang dekatnya. Bukan hanya satu, tapi sampai 11 orang dekat yang ditelepon Raja.