Soal sedekah, Mimin sangat antusias. Dia sangat sering sedekah. Sedekah berupa senyuman. Baginya sedekah uang adalah keberatan yang amat sangat.
Jika ada sumbangan acara Agustusan misalnya, dia tak pernah mau keluarkan uang. Dia memilih yang keliling dari rumah ke rumah. Dia yang meminta uang dari tetangga.
Kadang, dia sempatkan agak lama ngobrol di tetangga yang berada. Dia datang di waktu makan. Di situ kadang ditawari makan besar.
Mimin adalah lelaki berpaham iritisme.
Mungkin karena itulah dia selalu gagal menjalin hubungan dengan wanita. Mana ada yang mau dengan lelaki irit seperti Mimin?
Dia pernah naksir adikku. Tapi, aku menolaknya.
***
Otak Mimin yang berpikir irit itu ternyata jadi referensi anak muda kini. Anak muda di kampung kami. Banyak dari mereka yang sangat enggan mengeluarkan uang.
Banyak dari mereka yang sangat suka menabung, pekerja keras, dan modal dengkul kalau perlu.
Di tengah kesulitan ekonomi di kampung kami, Mimin adalah contoh nyata keberhasilan. Setidaknya dari sisi ekonomi.
Anak muda menjadi pekerja keras, irit, dan kadang lebih sering pelit.
Tapi tahukah kamu? Sudah sepekan ini Mimin sakit luar biasa. Katanya tulangnya rapuh karena terlalu dipaksa semasa muda. Dalam waktu sepekan, dia berniat menjual rumahnya untuk pengobatan dirinya. Sebab, di masa tuanya tak ada lagi yang bisa dia mintai uang. Repotlah semua.