"Ngomong apa sih pak. Masak Dilan sesenggukan kayak gitu. Ayo pulang!" Kata Arjuna tegas.
Sesampainya di rumah, Tarjo bisa bercerita soal reuni SMA itu. Tarjo merasa kehadirannya tak diinginkan kawan-kawannya. Semua seperti menjauh.
Tarjo juga tak melihat Neni. Tarjo sudah menjulurkan tangan ke beberapa teman, tapi semua seperti enggan berjabatan. "Aku sendirian di kursi. Samping kursi yang aku duduki sepi. Semua menjauh dariku. Aku ambil klepon saja di acara itu. Lalu aku keluar. Hanya 10 menit aku di sana. Hatiku terbakar Jun. Aku terasing," kata Tarjo.
"Kenapa ngga telepon aku?" Kata Arjuna.
"HP ketinggalan," kata Tarjo.
"Jun aku mau ke pemakaman. Mau nengok makam ibumu. Aku mau cerita pada ibumu. Aku kangen ibumu Jun," kata Tarjo.
Arjuna sudah mulai gelisah. Hanya beberapa pekan melihat ayahnya senang, bahagia. Kini kembali murung. Murungnya pun semurung-murungnya.
***
Sejak reunian itu, Tarjo tak pernah lagi menjamah HP. Tarjo makin sering melamun. Tarjo mulai batuk tak terkira. Kadang badannya panas, kadang dingin.
Sudah tiga hari setelah reunian itu, Tarjo makin tak keruan. Badannya makin terlihat ringkih. Dia hanya makan klepon.
Arjuna memutuskan membawa bapaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Tentunya biaya rumah sakit dengan biaya sang kakak, pelanjut dinasti klepon.
***
Tarjo masih terlelap jelang siang. Ada satu teman Tarjo datang dan hanya bisa ngobrol dengan Arjuna.