Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Menangis Tiap Petang

1 Juni 2023   19:52 Diperbarui: 1 Juni 2023   20:15 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku selalu menangis karena aku selalu seperti diperlihatkan banyak manusia ketika petang. Mereka mengalami nasib yang tak baik di alam sana. Ada Marno, dia lelaki yang sudah meniggal. Rumahnya di ujung dekat sungai. Aku melihat dia sangat kesuitan di alam sana. Padahal Marno sangat baik padaku. Ada Ridwan, ada Markum, ada Samiun, ada Yu Kamti. Ada banyak sekali. Aku seperti melihat kesedihan mereka ketika petang," kata Bandi padaku.

"Aku tak bisa membendung kesedihan itu. Mereka semua adalah orang Mbiru yang telah meninggal dunia," kata Bandi.

***

"Pak, kemarin aku temui Bandi petang hari. Setelah dia menangis dia cerita," kataku pada Pak Diran, sesepuh di desa.

"Mas, sudah kubilang. Bandi itu tidak waras. Jangan dekati dia," kata Pak Diran padaku.

"Tapi dia cerita tentang..." ujarku yang langsung dipotong.

"Dia ngomong soal Marno, Ridwan, Markum, Samiun, Yu Kamti kan? Nama-nama orang itu tidak ada di sini. Memang ada yang namanya Ridwan dan Kamti. Tapi mereka masih SMP. Kalau Bandi bilang nama-nama yang telah meninggal itu. itu bohong, tak ada nama mereka di desa ini. Aku lebih tua dari Bandi. Aku lebih tahu," kata Pak Diran agak meninggi.

***

"Bu, kemarin aku temui Bandi petang hari. Setelah dia menangis dia cerita," kataku pada Bu Sumi, salah satu wanita yang cukup supel.

"Mas, sudah kubilang. Bandi itu tidak waras. Jangan dekati dia," kata Bu Sumi yang  sama persis dengan Pak Diran.

"Tapi dia cerita tentang..." ujarku yang langsung dipotong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun