Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia yang Pertama Saya Tonton: Baggio Berdarah, Kejutan Kamerun dan Mesir

13 November 2022   04:34 Diperbarui: 13 November 2022   04:42 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piala Dunia pertama yang saya tonton adalah tahun 1990 di Italia. Sebelum tahun itu, saya juga sudah nonton sepak bola. Masih ingat ajang Piala Interkontinental 1988, saya menontonnya.

Saat itu PSV bertemu Nacional Uruguay. Dulu Piala Interkontinental disebut Piala Toyota karena sponsornya perusahaan asal Jepang itu.

Piala Toyota selalu berlangsung di Jepang dan digelar Minggu pagi. Saya masih ingat laga PSV vs Nacional berlangsung Minggu pagi setelah warga selesai gotong royong. Nonton ramai-ramai di rumah tetangga yang TV-nya sudah berwarna. TV berwarna di masa itu sangat mewah.

Pemain PSV yang terkenal saat itu adalah Ronald Koeman, Eric Gerets, Romario. Tapi PSV kalah adu penalti dari Nacional.

Lanjut ke Piala Dunia 1990. Saya tak nonton semua pertandingan, hanya beberapa saja. Salah satu yang saya tonton adalah laga perdana Argentina vs Kamerun. Saat itu Argentina kalah 0-1.

Tentu di luar dugaan karena Argentina adalah juara bertahan. Sosok Maradona juga jadi sorotan dan digadang akan kembali membawa Argentina berjaya.

Saya masih ingat, jelang pembukaan Piala Dunia 1990, cover Tabloid BOLA (almarhum) adalah Maradona. Maradona membawa Ciao, maskot piala dunia. Headline BOLA kala itu berjudul "Buka Maradona".

Ciao adalah maskot unik karena berbentuk susunan kubus mirip tubuh manusia dengan kepalanya adalah bola.

Jadi, Argentina dan Maradona digadang jadi juara. Tapi malah keok dari Kamerun. Saya ingat sebelum laga, Maradona jugling bola dengan kaki, kepala, dan pundak, memperlihatkan kemampuannya. Di masa itu, jarang ada orang jugling pakai pundak.

Pamer Maradona sebelum laga tak ada arti. Sebab, tandukan Omam-Biyik menjebol gawang Argentina. Nery Pumpido bermain buruk karena tak bisa mengantisipasi tandukan Omam-Biyik. Kemudian di laga kedua Argentina menang 2-0 atas Uni Soviet dan kaki Pumpido patah. Jadilah Sergio Goycoechea sebagai kiper utama Argentina dan jadi sosok penting pembawa Argentina ke final.

Selain itu, yang aku ingat adalah ketika Belanda seri 1-1 melawan Mesir. Di kampungku tak sedikit yang mengunggulkan Belanda jadi juara Piala Dunia 1990. Sebab, dua tahun sebelumnya, Belanda adalah juara Euro.

Gol Belanda ke gawang Mesir dibuat Wim Kieft setelah aksi Rijkaard mengelabuhi (entah sengaja atau tidak) kiper Mesir. Tapi Mesir menyamakan kedudukan melalui penalti kapten Magdi Abdelgani.

Yang juga membuat banyak orang kampungku kecewa pada Belanda di Piala Dunia itu adalah melempemnya Marco van Basten. Dia tak mencetak satu gol pun di Italia 1990.

Padahal, banyak yang ngefans sama dia, termasuk saya. Sebab, dua tahun sebelumnya, Basten adalah topskor Euro. Langkah Belanda terhenti di 16 besar. Kalah 1-2 dari Jerman Barat, tim yang Belanda kalahkan dengan skor sama di semifinal Euro 1988.

Sementara, dua wakil Afrika memang mengejutkan di laga awal. Tapi Kamerun sampai perempatfinal dan Mesir hanya sampai babak grup.

Satu momen yang saya ingat adalah telinga Roberto Baggio berdarah. Baggio adalah bintang muda Italia. Momen Baggio berdarah adalah saat Italia lawan Argentina di semifinal.

Seingatku karena Baggio berdarah itulah salah satu pemain Argentina dapat kartu merah. Tapi Argentina mengalahkan Italia lewat adu penalti.

Seperti diketahui, juara Piala Dunia 1990 adalah Jerman Barat. Dulu masih ada Jerman Barat dan Jerman Timur, tapi dua negara itu kemudian bersatu.

Begadang

Momen Piala Dunia 1990 memang memunkinkan saya tonton karena waktu itu sekolah liburan. Jadi begadang nonton sepak bola. Cuma memang tak banyak yang saya tonton.

Di kampungku, di masa itu pemuda-pemuda dan pak tua begadang di musala. Mereka begadang, untuk menunggu sepak bola Piala Dunia 1990. Paginya ngorok tidur. Hehe.

Tak semua rumah di kampungku punya TV. Yang punya TV berwarna tak lebih dari lima rumah. Nonton bareng di rumah tetangga dinihari dengan TV tak berwarna. Jika jersey kedua tim gelap, maka kadang agak susah mengetahui mana kawan mana lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun