Bruk... dia terkapar dengan kaki patah.
Selanjutnya, seperti air bah menyerang. Belasan makhluk itu datang berlari. Kami sambut dengan ayunan kayu dan apa saja. Anak-anak yang kelas 5 SD itu menyambut lebih antusias. Ayunan mereka menjatuhkan satu per satu makhluk jijik itu.
Riuh pertarungan petang ini. Aku merasa kami lebih tertata. Bahkan, kami juga membuat pertahanan berlapis. Jika lepas di lapis pertama, mereka akan dihajar di lapis kedua dan ketiga.
Anak-anak benar-benar menikmati pertarungan ini. Sebagian mereka memilih ada di lapisan sebelum pertama. Satu pukulan makhluk itu terkapar. Setelah makhluk itu terkapar, antar anak-anak itu main tos-tosan. Sehingga terlena dan terlewat serangan selanjutnya.
"Man...Ada yang lolos," kata Jupri di lapis ketiga.
Wah sontak kami panik. Belum siap kami bertindak, Tarjo juga berteriak ada dua yang lolos.
"Tetap di barisan, biar (makhluk aneh yang lolos) yang ngurus yang jaga rumah," teriak Kang Marjo.
"Lima menit lagi. Rapatkan barisan," teriak Kang Marjo.
Wusshhh, begitu suara muncul ketika satu jam telah usai. Kami kelelahan. Kami sembari membawa obor melangkah ke rumah. Kami bersyukur, tak ada petromax yang jatuh.
Tapi mendadak kami pusing. Rumah Narso roboh karena dimakan makhluk itu. Rumah Wandi juga berlubang di tembok samping. Dua rumah itu lepas dari penjagaan.
***
Hari ketiga, kami ubah strategi. Kami sama sekali tak memikirkan jalan masuk kampung. Semua dari kami berjaga di rumah.