Tapi, laju motor pencuri makin cepat dan pasir yang aku ambil sia-sia. Sepersekian detik kemudian, ketika pencuri berjarak 15 meter dari kami, ada tetangga kami yang datang dari keliling jualan. Tetangga kami ini memakai kendaraan roda dua. Dia berhenti dan bingung karena ramai sekali. Mesin motornya dimatikan.
Kemudian, seorang ibu teriak. "Pak itu malingnya, kejar pakai motor pak," kata seorang ibu pada tetangga kami yang baru keliling jualan itu. Apesnya, ketika motornya mau disetater atau dinyalakan, tak bisa. Sampai berkali-kali tak bisa. Maklum motor tua. Motornya malah mogok. "Walaaahhh," kata tetangga kami itu yang akhirnya gagal mengejar motor pencuri.
Jadi, tak ada yang mengejar pencuri itu. Dalam hati aku ikut kecewa karena malingnya bisa kabur. Tapi, aku juga terpingkal-pingkal. Sebab, ada yang bawa bambu tapi tak menggunakannya untuk menghentikan motor pencuri. Ada juga yang sudah siap mengejar, tapi motornya mogok.
Pencurian memang gagal terjadi. Tapi pelajarannya adalah jangan mudah panik. Tidak mudah panik bukan berarti  tak bisa bergerak cepat. Jadi, berpikir cepat dan jangan panik.Â
Kami juga tak bisa mendeteksi motor pencuri itu dengan baik karena saking paniknya. Kami juga tak tahu berapa nomor polisi kendaraan si maling tersebut. Jangan sampai pengalaman di kampungku ini terjadi pada tempat Anda. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H