Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Hening, Kesempatan Melakukan Apapun Disertai Perenungan

27 April 2020   06:13 Diperbarui: 27 April 2020   06:16 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah Ramadan yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sumber pembedanya adalah wabah Covid-19. Adanya wabah itu membuat aktivitas umum dalam Ramadan tak bisa dilakukan dengan maksimal.

Misalnya, salat tarawih berjemaah, buka puasa bersama, sahur on the road. Semua itu tak terjadi karena semua kegiatan itu akan memunculkan kerumunan. Kerumunan bisa menjadi sumber penyebaran Covid-19.

Maka, banyak aktivitas Ramadan yang akhirnya dilakukan di rumah yakni salat Tarawih di rumah, buka di rumah, sahur di rumah. Ramadan kali ini pun menjadi Ramadan yang hening. Sebenarnya, keheningan ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk mengasah rohani kita.

Sebab, rohani kadang lebih identik dengan keheningan, dengan perenungan. Jika selama ini melakukan sesuatu karena rutinitas. Maka, saya sendiri berusaha melakukan semuanya dengan perenungan. Mungkin ini agak tak masuk akal. Tapi, tak ada salahnya untuk dicoba.

Misalnya, menyapu halaman rumah atau di dalam rumah. Suasana keheningan karena arus lalu lintas di luar rumah tak seperti biasanya, membuat kita memiliki kesempatan untuk merenung. 

Sekali lagi, mungkin ini terlihat lucu. Begini, menyapu rumah, bisa direnungkan yakni kenapa kita harus menyapu rumah? Supaya rumah bersih karena kebersihan sebagian dari iman.

Ternyata menyapu itu adalah bentuk patuh kita pada Yang Maha Kuasa. Setelah kita merenungi menyapu untuk kebersihan, lalu bagaimana kita menyapu. 

Ya sebaik mungkin. Sela-sela yang selama ini kita biarkan karena serba tergesa-gesa, bisa kita sapu. Disapu dengan sabar, dengan perenungan.

Bahwa, jika kita menyapu semaunya, maka konsep kebersihan sebagian dari iman itu tak akan maksimal. Sebab, jika menyapu semaunya, noda-noda yang kotor masih terlihat walau sedikit. Hal lain lagi misalnya. Kita bekerja juga dengan suasana yang tak gemuruh karena lalu lalang orang dan lalu lintas tak seperti biasanya.

Kemudian bisa direnungkan kenapa kita bekerja? Untuk mencari nafkah. Buat apa nafkah itu? Untuk menghidupi keluarga. Kenapa keluarga perlu dihidupi dengan nafkah? Karena keluarga adalah tanggung jawab kita. Keluarga adalah amanah dari Tuhan untuk kita.

Ternyata, kerja itu adalah bentuk kepatuhan pada Tuhan. Bentuk pertanggungjawaban manusia pada Tuhan. Nah, apakah itu bukan ibadah? Lalu bagaimana kerjanya? Ya kerja yang baik. Kerja yang bertanggungjawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun