Tantangan Persaingan di Masa Depan
1. Keterampilan Digital Jadi Kunci
Dengan otomatisasi dan kecerdasan buatan yang terus berkembang, pekerjaan yang dulunya rutin kini memerlukan keterampilan teknis dan analitis. Quiet quitting membuat Anda tidak siap menghadapi perubahan ini, sementara karyawan yang proaktif lebih cepat beradaptasi dengan tuntutan baru.
Sebuah laporan McKinsey memproyeksikan bahwa 50% pekerjaan akan membutuhkan keterampilan digital lanjutan pada tahun 2030. Karyawan yang hanya bertahan dengan keterampilan dasar akan kesulitan bersaing.
Mulailah belajar keterampilan seperti analisis data, manajemen proyek berbasis teknologi, atau kecerdasan buatan melalui platform seperti Coursera.
2. Kompetisi Global yang Semakin Ketat
Di dunia kerja yang semakin global, Anda tidak hanya bersaing dengan kolega di kantor, tetapi juga dengan tenaga kerja dari negara lain. Quiet quitting dapat membuat Anda kalah saing dengan karyawan dari negara seperti India atau Vietnam yang dikenal memiliki etos kerja tinggi.
Sebuah laporan dari World Economic Forum menunjukkan bahwa pekerja di negara-negara Asia seperti Vietnam memiliki tingkat produktivitas yang 20% lebih tinggi dibandingkan pekerja di negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia.
3. Ekspektasi Baru dari Perusahaan
Perusahaan modern lebih menghargai karyawan dengan pola pikir pertumbuhan (growth mindset). Mereka mencari individu yang mampu mengambil inisiatif, memimpin proyek, dan terus belajar. Quiet quitting menunjukkan kebalikan dari karakteristik ini.