Quiet quitting membatasi Anda dari proyek atau tanggung jawab yang dapat membantu pertumbuhan profesional. Peluang ini sering kali muncul dalam bentuk tugas tambahan atau inisiatif di luar deskripsi pekerjaan Anda. Menolak hal ini bisa memberi kesan bahwa Anda tidak tertarik untuk berkembang.
Bayangkan seorang rekan kerja yang rela memimpin proyek baru. Lama-kelamaan, ia mendapatkan perhatian, keterampilan baru, dan membangun hubungan dengan pemimpin senior. Sementara itu, karyawan yang "diam-diam mundur" tetap berada di belakang layar, melewatkan kesempatan untuk bersinar.
Menurut Harvard Business Review, 75% peluang promosi diberikan kepada karyawan yang secara aktif menunjukkan inisiatif.
2. Kreativitas yang Teredam
Hanya mengerjakan tugas rutin dapat membuat pekerjaan terasa monoton, yang pada akhirnya mengurangi motivasi dan kreativitas. Padahal, kedua hal ini sangat dibutuhkan untuk pemecahan masalah dan inovasi di tempat kerja.
Data Pendukung: Sebuah studi Gallup pada 2022 menunjukkan bahwa karyawan yang merasa terlibat di tempat kerja 17% lebih produktif dan 21% lebih menguntungkan dibandingkan dengan rekan kerja yang tidak terlibat.
3. Label "Tidak Berkomitmen"
Meskipun Anda memenuhi ekspektasi, quiet quitting dapat menciptakan persepsi bahwa Anda tidak berkomitmen terhadap peran Anda. Ini dapat memengaruhi bagaimana manajer melihat potensi Anda dan kesediaan Anda untuk mengambil peran kepemimpinan.
Seorang manajer pernah memilih karyawan yang lebih muda tetapi sangat antusias untuk promosi, dibandingkan dengan karyawan yang lebih berpengalaman namun hanya memenuhi tugas dasar selama bertahun-tahun.
4. Reputasi yang Memudar
Quiet quitting juga dapat memengaruhi reputasi Anda di industri yang lebih luas. Karyawan yang dikenal proaktif lebih mungkin direkomendasikan oleh atasan atau kolega untuk peluang eksternal. Sebaliknya, karyawan yang hanya "cukup baik" jarang mendapatkan pengakuan tersebut.