Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Inovasi Hebat atau Beban Baru bagi Pendidikan Indonesia?

24 Oktober 2024   15:30 Diperbarui: 24 Oktober 2024   15:31 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fleksibilitas dan Kesenjangan Akses Teknologi: Siapa yang Diuntungkan?

Salah satu keunggulan yang ditekankan dalam Kurikulum Merdeka adalah kemampuan memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran. Namun, kenyataannya, tidak semua sekolah memiliki akses ke teknologi yang memadai. Di banyak daerah terpencil, akses internet masih menjadi masalah, dan banyak sekolah yang tidak memiliki perangkat digital yang cukup.

Sebuah studi dari Educational Technology Research and Development (2020) mengungkapkan bahwa kesenjangan akses teknologi adalah salah satu penghambat terbesar dalam penerapan inovasi pendidikan. Di Indonesia, kesenjangan ini semakin memperlebar jurang antara sekolah di kota besar dan sekolah-sekolah di daerah tertinggal.

Sudut Pandang Orang Tua: Kemandirian atau Minimnya Pengawasan?

OpenAI's DALL-E
OpenAI's DALL-E

Banyak orang tua merasa bahwa Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan yang terlalu besar kepada anak-anak mereka tanpa bimbingan yang memadai. Dalam banyak kasus, orang tua merasa tidak cukup mampu untuk mendampingi anak-anak mereka dalam proses belajar yang lebih mandiri. Terlebih lagi, banyak orang tua yang bekerja dan tidak bisa selalu hadir untuk membantu anak-anak mereka.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa siswa yang dibiarkan terlalu mandiri justru akan kesulitan menyelesaikan tugas-tugas belajar, terutama jika orang tua sendiri kurang memahami materi yang diajarkan.


Pelajaran dari Negara Lain: Bagaimana Kurikulum Fleksibel Berhasil di Negara Lain?

Negara seperti Finlandia dan Australia telah lama menerapkan kurikulum fleksibel dengan hasil yang positif. Namun, keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan penuh terhadap sistem pendidikan mereka. Di Finlandia, misalnya, guru mendapatkan pelatihan intensif dan sistem pendidikan mereka sangat mapan. Kurikulum fleksibel bekerja baik di negara yang memiliki infrastruktur dan sumber daya yang kuat.

Menurut International Journal of Educational Reform (2021), keberhasilan kurikulum fleksibel sangat bergantung pada kesiapan seluruh elemen pendidikan, mulai dari guru, siswa, hingga infrastruktur teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun