3. Kurangnya Akses ke Teknologi dan Pengetahuan
Tidak semua pelaku UMKM memiliki pengetahuan dan sumber daya untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi digital seperti SEO (Search Engine Optimization), iklan digital, dan analitik pemasaran. Kurangnya literasi digital ini membuat banyak UMKM tidak bisa memanfaatkan fitur-fitur di marketplace secara maksimal (Kominfo, 2023).
4. Ketergantungan pada Platform
Bergantung sepenuhnya pada satu atau dua marketplace besar adalah risiko besar. Algoritma yang terus berubah dapat menyebabkan penurunan penjualan tiba-tiba tanpa peringatan. Sebagai contoh, salah satu pelaku UMKM di Bandung mengaku kehilangan 50% penjualan bulanan setelah perubahan algoritma Shopee yang lebih memprioritaskan produk bersponsor (Kompas, 2023).
Langkah Transformasi Digital yang Dapat Dilakukan UMKM Kecil
1. Membangun Identitas Branding yang Otentik
UMKM kecil bisa menonjol dengan memanfaatkan kekuatan cerita. Menurut riset dari Harvard Business Review (2022), brand dengan narasi otentik dan cerita yang kuat cenderung memiliki brand loyalty yang lebih tinggi hingga 30%. Misalnya, seorang pengrajin kulit di Garut yang mengangkat cerita tentang proses pembuatan tas kulit asli tanpa bahan kimia berhasil menarik perhatian konsumen dengan kisah "ramah lingkungan" yang unik (Harvard Business Review, 2022).
2. Memanfaatkan Media Sosial untuk Menarik Konsumen
Instagram Shopping, Facebook Marketplace, dan TikTok kini menjadi senjata utama UMKM kecil untuk mengakali ketatnya persaingan di marketplace besar. Menurut Facebook Indonesia (2023), lebih dari 70% pengguna aktif di Instagram terlibat dalam transaksi belanja online di platform tersebut. Konten yang kreatif, mulai dari tutorial hingga cerita di balik layar, dapat menciptakan interaksi lebih intens dengan konsumen (Facebook Indonesia, 2023).
3. Diversifikasi Kanal Penjualan