Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Fenomena Gen Z Cabut dari Kantor, Kapan Jam Kerja Kantoran akan Berevolusi?

9 Oktober 2024   16:47 Diperbarui: 13 Oktober 2024   09:17 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Deloitte (2023), sebanyak 76% pekerja muda mengutamakan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi di atas gaji tinggi dan jabatan prestisius.

"Setelah bekerja selama dua tahun tanpa jeda, saya merasa benar-benar habis. Waktu saya lebih banyak dihabiskan di kantor daripada untuk keluarga," ujar Nadia, seorang karyawan di Jakarta yang memutuskan resign karena mengalami burnout. 

Pernyataan ini mencerminkan realita yang dihadapi banyak pekerja muda, di mana mereka menginginkan waktu lebih untuk mengembangkan diri dan mengejar minat di luar pekerjaan.

2. Jam Kerja Fleksibel dan Remote Work yang Belum Diterapkan

Pandemi telah membuka mata banyak orang tentang kenyamanan bekerja dari rumah. Gen Z sangat mengutamakan fleksibilitas ini. Mereka menilai bahwa yang penting bukan berapa lama mereka duduk di depan meja, melainkan hasil yang mereka capai. 

Namun sayangnya, banyak perusahaan yang masih terjebak dalam pola pikir lama: jam kerja ketat dari 9 pagi hingga 5 sore.

Menurut studi yang dilakukan oleh Harvard Business Review (2022), 70% karyawan muda akan menolak tawaran kerja yang tidak menyediakan opsi kerja jarak jauh. 

"Saya merasa lebih produktif ketika bekerja dari rumah. Saya bisa mengatur waktu sendiri dan hasilnya justru lebih optimal," kata Andi, seorang karyawan startup yang memutuskan berpindah ke perusahaan lain yang menawarkan kebijakan hybrid.

3. Ketidakpuasan terhadap Budaya Kerja yang Kaku

Gen Z menginginkan tempat kerja yang menghargai ide dan kreativitas mereka. Mereka enggan bekerja di perusahaan dengan hierarki yang kaku dan sistem birokrasi yang menghambat. 

Perusahaan yang masih menerapkan pola kerja satu arah, di mana karyawan hanya diharapkan mendengar perintah tanpa boleh mengemukakan ide, akan sulit mempertahankan talenta muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun