Jadwalkan virtual coffee break dengan rekan kerja di luar waktu meeting resmi. Ini dapat menciptakan kesempatan berbicara tentang hal-hal ringan dan menjaga hubungan sosial tetap hangat.
Mengikuti komunitas online yang sesuai dengan hobi Anda juga bisa membantu mengurangi rasa terisolasi. Menurut Deloitte, hubungan sosial yang kuat bisa mengurangi risiko burnout hingga 30%.
4. Merancang Ruang Kerja yang Ergonomis dan Nyaman
Pastikan meja dan kursi yang Anda gunakan mendukung postur tubuh yang baik. Jika memungkinkan, tambahkan elemen dekorasi seperti tanaman hias untuk memberikan kesan yang lebih menenangkan.
Tempat kerja yang ergonomis bukan hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga mengurangi kelelahan fisik. Penelitian dari Cornell University menunjukkan bahwa tempat kerja yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas hingga 15%.
5. Mengatur Jadwal Istirahat yang Rutin
Terapkan metode Pomodoro, bekerja selama 25 menit lalu beristirahat selama 5 menit. Teknik ini membantu menjaga fokus tanpa membuat otak kelelahan.
Sisihkan waktu untuk istirahat sejenak di luar ruangan, berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah, atau sekadar menikmati udara segar.
Burnout di era hybrid bukanlah masalah kecil. Meskipun bekerja dari rumah tampak lebih fleksibel, tanpa manajemen yang baik, kita bisa terjebak dalam siklus kelelahan yang tidak berujung. Yang penting adalah mengenali tanda-tanda awal burnout dan mengambil tindakan yang tepat.
Apa pendapat Anda? Apakah Anda pernah mengalami burnout saat bekerja dari rumah? Bagaimana cara Anda mengatasinya? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar di bawah ini! Mari saling berbagi tips agar kita bisa tetap sehat, produktif, dan bahagia!