Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Solusi Atasi Burnout, Karena Bekerja dari Rumah Tak Seindah Bayangan!

7 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita mengalami burnout. (Sumber: tirachardz/ Freepik via kompas.com) 

Bekerja dari Rumah Bikin Stres? Ini 5 Cara Mengatasi Burnout di Era Hybrid Working!

Ketika konsep bekerja dari rumah (WFH) mulai populer, banyak yang membayangkan suasana kerja yang lebih santai, waktu fleksibel, dan kesempatan lebih banyak bersama keluarga. 

Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Data dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa lebih dari 69% karyawan yang bekerja dari rumah mengalami burnout akibat beban kerja yang meningkat dan batasan antara kehidupan pribadi dan profesional yang kabur.

Perasaan lelah, cemas, bahkan apatis terhadap pekerjaan adalah gejala umum yang dialami banyak pekerja di era hybrid ini. 

Ironisnya, bekerja dari rumah yang seharusnya membawa fleksibilitas justru memicu stres kronis. Lantas, apa yang menyebabkan burnout ini terjadi? Dan yang lebih penting, bagaimana kita bisa mengatasi fenomena ini?

Memahami Burnout di Era Hybrid Working

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Menurut definisi dari World Health Organization (WHO), burnout adalah kondisi stres kronis yang tidak dikelola dengan baik, ditandai oleh kelelahan fisik dan mental, sikap negatif terhadap pekerjaan, serta penurunan performa kerja. 

Penyebabnya bisa beragam, tetapi dalam konteks hybrid working, ada beberapa faktor yang kerap menjadi pemicunya:

1. Kurangnya Batasan Antara Kerja dan Kehidupan PribadiBekerja dari ruang tamu atau kamar tidur yang sama di mana kita beristirahat membuat batasan antara waktu kerja dan pribadi menjadi kabur. 

Ini memicu kelelahan mental karena otak kita kesulitan memisahkan kapan harus "berhenti bekerja" dan kapan bisa beristirahat sepenuhnya.

2. Beban Kerja yang Tak TerkendaliBanyak perusahaan yang tanpa disadari meningkatkan ekspektasi produktivitas karena asumsi bahwa karyawan memiliki waktu lebih banyak di rumah. 

Fenomena ini sering disebut sebagai "productivity paranoia" --- atasan merasa bahwa karyawan yang bekerja dari rumah tidak benar-benar bekerja kecuali mereka "terlihat" aktif secara virtual.

3. Kurangnya Interaksi SosialZoom meeting yang sering terjadi tidak sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka. 

Studi dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa kurangnya hubungan sosial dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental dan memicu rasa kesepian.

4. Teknologi yang MenggangguIronisnya, teknologi yang awalnya diciptakan untuk memudahkan pekerjaan justru menjadi salah satu pemicu burnout. 

Sebuah istilah baru yang disebut "Zoom Fatigue" mengacu pada kelelahan berlebihan akibat terlalu sering melakukan meeting virtual.

Dampak Burnout pada Produktivitas dan Kesehatan Mental

Burnout bukan hanya sekadar rasa lelah. Ini adalah kondisi yang lebih serius dan dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan seseorang. Beberapa dampak burnout antara lain:

Penurunan Kualitas Kerja: Karyawan yang burnout cenderung membuat lebih banyak kesalahan, kurang fokus, dan bahkan mengalami penurunan kemampuan dalam mengambil keputusan.

Kesehatan Mental Terancam: Burnout sering dikaitkan dengan meningkatnya gejala depresi, kecemasan, serta insomnia.

Dampak pada Hubungan Pribadi: Seseorang yang burnout juga lebih cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami ketegangan dalam hubungan keluarga.

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

5 Cara Mengatasi Burnout di Era Hybrid Working

Lalu, bagaimana cara terbaik untuk mengatasi burnout? Berikut adalah lima strategi yang bisa Anda terapkan agar tetap produktif dan bahagia di tengah pola kerja yang baru ini:

1. Membuat Batasan yang Jelas Antara Kerja dan Kehidupan Pribadi

Tentukan jadwal kerja yang konsisten dan patuhi dengan ketat. Jika memungkinkan, buat ruang kerja khusus yang terpisah dari area bersantai. Ketika jam kerja berakhir, tinggalkan ruang tersebut dan jangan kembali hingga keesokan harinya. 

Cara ini membantu otak Anda beralih dari "mode kerja" ke "mode istirahat" dengan lebih mudah. Menurut Dr. Adam Grant, seorang psikolog organisasi dari Wharton School, menciptakan ritme kerja yang sehat adalah kunci untuk menjaga keseimbangan kehidupan kerja.

2. Menerapkan Mindfulness dan Teknik Relaksasi

Latihan mindfulness tidak hanya membantu mengurangi stres, tetapi juga meningkatkan fokus dan kebahagiaan. Praktikkan meditasi sederhana seperti pernapasan dalam selama 10 menit setiap pagi sebelum memulai pekerjaan. 

Studi dari National Institute of Health (NIH) menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan suasana hati.

Cobalah aplikasi seperti Headspace atau Calm untuk memulai rutinitas mindfulness harian Anda.

3. Membangun Kembali Interaksi Sosial yang Hilang

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Jadwalkan virtual coffee break dengan rekan kerja di luar waktu meeting resmi. Ini dapat menciptakan kesempatan berbicara tentang hal-hal ringan dan menjaga hubungan sosial tetap hangat. 

Mengikuti komunitas online yang sesuai dengan hobi Anda juga bisa membantu mengurangi rasa terisolasi. Menurut Deloitte, hubungan sosial yang kuat bisa mengurangi risiko burnout hingga 30%.

4. Merancang Ruang Kerja yang Ergonomis dan Nyaman

Pastikan meja dan kursi yang Anda gunakan mendukung postur tubuh yang baik. Jika memungkinkan, tambahkan elemen dekorasi seperti tanaman hias untuk memberikan kesan yang lebih menenangkan. 

Tempat kerja yang ergonomis bukan hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga mengurangi kelelahan fisik. Penelitian dari Cornell University menunjukkan bahwa tempat kerja yang ergonomis dapat meningkatkan produktivitas hingga 15%.

5. Mengatur Jadwal Istirahat yang Rutin

Terapkan metode Pomodoro, bekerja selama 25 menit lalu beristirahat selama 5 menit. Teknik ini membantu menjaga fokus tanpa membuat otak kelelahan. 

Sisihkan waktu untuk istirahat sejenak di luar ruangan, berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah, atau sekadar menikmati udara segar.

Burnout di era hybrid bukanlah masalah kecil. Meskipun bekerja dari rumah tampak lebih fleksibel, tanpa manajemen yang baik, kita bisa terjebak dalam siklus kelelahan yang tidak berujung. Yang penting adalah mengenali tanda-tanda awal burnout dan mengambil tindakan yang tepat.

Apa pendapat Anda? Apakah Anda pernah mengalami burnout saat bekerja dari rumah? Bagaimana cara Anda mengatasinya? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar di bawah ini! Mari saling berbagi tips agar kita bisa tetap sehat, produktif, dan bahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun