Perkembangan ini pula yang turut menjadi asal mula kemunculan media sosial, media sosial menurut (Cahyono, 2016) merupakan sebuah media online, dan penggunanya dapat dengan mudah berbagai atau menciptakan isi didalamnya.Â
Jenis media sosial masa kini sangat banyak, mulai dari media untuk berbagi foto dan video seperti Instagram, TikTok, Facebook, Twitter sampai media sosial untuk berkomunikasi seperti WhatsApp, Line dan Telegram.
Tentunya dari media sosial yang menjamur ini, kita bisa melihat beragam interaksi yang dilakukan oleh manusia didalam ekosistem media sosial tersebut. Bahkan kita bisa melihat karakter seseorang dari konten yang mereka unggah ke media sosialnya. Melihat hal ini, ada sebuah fenomena yang menurut penulis harusnya dijadikan concern lebih jauh.
Pengguna media sosial masa kini, tidak hanya bisa mengunggah postingan video atau foto melainkan juga bisa melakukan live atau siaran langsung melalui akun mereka.
Penulis melihat belakangan ini sedang tren siaran langung orang melakukan hal-hal yang aneh, termasuk mandi lumpur. Pada awalnya memang hanya beberapa orang yang melakukan hal ini, namun sekarang banyak sudah yang melakukan kegiatan siaran langsung mandi lumpur ini.
Jika ada orang yang menonton siaran langsung ini dan memberikan gift berupa stiker animasi, gift tersebut dapat dicairkan menjadi uang. Hal inilah yang kemudian dilihat sebagai sebuah celah peluang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Menjamurnya siaran langsung dengan model seperti ini, membuat banyak cibiran dari sesama pengguna TikTok. Bahkan mereka membuat hashtag #stopgiftpengangguran, karena memang didalam siaran langsung itu biasanya mereka meminta untuk diberikan gift tersebut. Selain itu juga banyak orang yang kemudian berkomentar menyuruh mereka untuk "kerja sungguhan", misalnya seperti kuli, ojek dari pada harus "mengemis".
Berjamurnya pengguna TikTok yang melakukan kegiatan ini saja sudah bisa menjadi pertanda bahwa hal ini buruk. Karena bukan hanya berdampak pada orang dewasa, hal ini juga dapat berdampak kepada anak-anak yang menonton.Â
Orang akan berfikir bahwa dengan melakukan hal seperti itu saja mereka sudah bisa mendapatkan uang, tanpa perlu repot-repot berusaha dengan dalih "kerja pintar bukan kerja keras". Pemikiran ini yang akan mempengaruhi perkembangan anak-anak dan juga remaja produktif.
Pemikiran seperti ini yang harus diwaspadai, anak-anak dan remaja dikhawatirkan akan mengikuti pola yang sama untuk mendapatkan keuntungan. Dampak jangka panjangnya, mereka sudah tidak lagi memiliki cita-cita tinggi, seperti Dokter, Tentara, atau bahkan Presiden.Â
Padahal profesi tersebut bukan hanya sekedar sebuah profesi, namun juga memiliki nilai sosial didalamnya. Hal ini yang akan hilang, utamanya jika pemikiran anak-anak dan remaja ini dipengaruhi oleh konten tersebut.Â