Mobil baru melaju sekitar 100 meter dari rumah, tiba-tiba mobil berhenti. Rupanya, Aghung Akek belum disapkan sarapan pagi. Pagi itu, ibu hanya sibuk menyiapkan makanan untuk Aghung Nini. Ayah pun turun membeli makanan yang kebetulan melintas di pinggir jalan.
Kami kembali lagi ke rumah mengantar makanan untuk Agung Akek. Ayah berlarian ke rumah. Selang beberapa menit kemudian, ayah tiba di mobil dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Hujan. Horeee...
Pagi yang indah. Saat kami melewati jalan tol Jagorawi terlihat lengang. Terang saja, karena hari itu memang hari kerja, maka semua kendaraan mengarah ke Jakarta. Antrean kendaraan terlihat mengular di jalan yang katanya bebas hambatan itu.
Selang 30 menit kemudian, kami pun tiba di Kebun Raya Bogor. Maklum, tempat tinggal kami di Kota Depok, Jawa Barat, yang hanya berjarak puluhan kilometer dari Kota Hujan itu.
"Ada berapa orang pak?" tanya petugas loket Kebun Raya Bogor kepada ayah.
"Empat orang," saut ayah dan Aghung Nini.
"Jadi semua Rp 90 ribu, sudah termasuk parkir mobil dan tiket masuk Rumah Kaca Anggrek," ujar petugas itu.
Setelah membayar tiket, kami pun masuk ke Kebun Raya Bogor. Tapi kami salah jalan, menyasar ke arah Istana Bogor. Seorang Paspampres bersenjata laras panjang menghampiri mobil kami.
"Mau kemana pak?" tanya anggota Paspampres itu kepada ayah.
"Maaf pak, tadi enggak ada petunjuk arah. Jadi nyasar ke sini," jawab ayah seraya memutar kemudi, berbalik arah.