Mohon tunggu...
Roman Krama Wijaya
Roman Krama Wijaya Mohon Tunggu... kuli panggul -

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Libur Kecil Bersama Aghung Nini

13 September 2016   05:23 Diperbarui: 13 September 2016   06:47 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil baru melaju sekitar 100 meter dari rumah, tiba-tiba mobil berhenti. Rupanya, Aghung Akek belum disapkan sarapan pagi. Pagi itu, ibu hanya sibuk menyiapkan makanan untuk Aghung Nini. Ayah pun turun membeli makanan yang kebetulan melintas di pinggir jalan.

Kami kembali lagi ke rumah mengantar makanan untuk Agung Akek. Ayah berlarian ke rumah. Selang beberapa menit kemudian, ayah tiba di mobil dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Hujan. Horeee...

Pagi yang indah. Saat kami melewati jalan tol Jagorawi terlihat lengang. Terang saja, karena hari itu memang hari kerja, maka semua kendaraan mengarah ke Jakarta. Antrean kendaraan terlihat mengular di jalan yang katanya bebas hambatan itu.

Selang 30 menit kemudian, kami pun tiba di Kebun Raya Bogor. Maklum, tempat tinggal kami di Kota Depok, Jawa Barat, yang hanya berjarak puluhan kilometer dari Kota Hujan itu.

"Ada berapa orang pak?" tanya petugas loket Kebun Raya Bogor kepada ayah.

"Empat orang," saut ayah dan Aghung Nini.

"Jadi semua Rp 90 ribu, sudah termasuk parkir mobil dan tiket masuk Rumah Kaca Anggrek," ujar petugas itu.

Setelah membayar tiket, kami pun masuk ke Kebun Raya Bogor. Tapi kami salah jalan, menyasar ke arah Istana Bogor. Seorang Paspampres bersenjata laras panjang menghampiri mobil kami.

"Mau kemana pak?" tanya anggota Paspampres itu kepada ayah.

"Maaf pak, tadi enggak ada petunjuk arah. Jadi nyasar ke sini," jawab ayah seraya memutar kemudi, berbalik arah.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah berkeliling Kebun Raya sekitar 30 menit, tanteku, Teu, meminta ayah menepikan mobilnya. Rupanya dia ingin berfoto di bawah pohon yang dipenuhi bunga berwarna merah. Aku tak tahu jenis pohon itu, tapi hamparan bunga merah yang jatuh dari pohon itu membuat pemandangan terasa indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun