krisis buah
Negeri AgrarisIndonesia adalah negara agraris, negara yang sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari sektor pertanian. Tanah kita luas terbentang dari barat hingga timur.
Iklim Indonesia juga sangat mendukung untuk pertumbuhan berbagai macam jenis tanaman. Keberagaman Indonesia tidak hanya pada suku bangsanya saja, tanaman buah-buahan pun melimpah dengan keaneka ragamannya.
Namun sayang, kondisi tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh pemerintah kita. Buahpun sebagai kebutuhan warga banyak yang di Impor dari luar ke dalam negeri untuk menutupi kebutuhan warganya. Kita lebih sering menemukan buah apel, pir, anggur dibanding mangga ataupun alpukat.
Dan parahnya ini sering kita temukan hingga pedagang-pedagang kaki lima yang biasa mangkal dipinggir-pinggir jalan, bagaimana lagi yang di Mall-Mall? Tentu lebih dahsyat lagi.
Kemanakah buah-buah lokal kita saat ini? Kami sangat mengharapkan kehadiran manggis, rambutan, salak, mangga, durian ada setiap saat di Indonesia, bukan buah impor yang belum tentu keamanannya. Dan memang kebutuhan masyarakat terhadap buah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya pendapatan disamping jumlah penduduk yang terus bertambah. Indonesia sebagai negara tropis, selama ini masih belum bisa memproduksi buah untuk masyarakatnya, sehingga impor buah menjadi pilihan negara kita.
Menurut data BPS dan Pusdatin Departemen Pertanian, total-total impor buah-buahan terus naik. Pada tahun 2003, impor buah mencapai 228.447.156 kg, pada tahun 2004 sebanyak 355.257.966 kg, pada 2005 menjadi 413.410.644 kg, dan pada 2006 naik lagi menjadi 427.484.330 kg. Kondisi ini sangat potensial bagi para agribisnis buah di Indonesia.
Selain kebutuhan buah yang masih impor, tingkat konsumsi masyarakat kita terhadap buah baru sekitar 40 kg per kapita per tahun, kurang 20 kg per kapita per tahun dari standar minimal FAO (60 kg per kapita per tahun),
Sehingga peluang pasar itu sangat luas. Lebih-lebih mengingat angkat angka impor buah kita yang pada tahun 2006 mencapai 427.484.330 ton per tahun yang berarti jika dalam 1 Ha menghasilkan 50 ton buah, berarti masih diperlukan pembukaan kebun buah seluas 8.549,69 hektar dan penambahan perkebunan akan semakin luas jika kita menerapkan angka konsumsi versi FAO yang 60 per kapita per tahun.
Sebagai generasi pemuda yang mencintai negerinya, tentu hal ini tidak dapat dibiarkan berkelanjutan. Apabila hal ini dibiarkan, maka kita sebagai negara akan ketergantungan produk buah-buahan dari luar negeri.
Padahal, jika kita memakan buah-buahan lokal yang kita tanam sendiri, tentu akan mempunyai kontribusi positif terhadap pertanian. Baik dari segi ekonomi warga, kesehatan tubuh dan tentunya penyediaan lapangan pekerjaan.
Kebutuhan buah-buah di Indonesia
Buah-buahan saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Buah juga menjadikan penanda naiknya status sosial seseorang. Hal ini memang wajar, karena terjadi peningkatan pendapatan masyarakat disamping jumlah penduduk yang terus bertambah sedang ketersediaan pasokan buah dipasar sedikit. Dan yang terjadi saat ini adalah membeludaknya buah-buahan impor dibandingkan dengan buah lokal kita.
Salah satu fungsi buah adalah dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup khususnya, manusia sebagai makanan tambahan yang mampu memberikan nutrisi lebih guna memperoleh kesehatan bagi tubuh.
Dalam mengonsumsi buah kita perlu memperhatikan kadar dari nutrisi yang akan dibutuhkan oleh tubuh, dengan artian bahwa jika kita mengonsumsi buah dalam jumlah yang berlebihan maka nutrisi tersebut tidak sepenuhnya dapat terserap oleh tubuh, sebab kebutuhan tubuh dalam mengonsumsi buah tidak sama kadarnya. Tubuh kita membutuhkan nutrisi makanan pokok seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, serat tumbuhan dan vitamin.
Untuk buah sendiri terdapat batasan nutrisi yang dibutuhkan jika kita mengkonsumsi buah secara berlebihan maka nutrisi yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh akan dibuang oleh tubuh.
Sebaliknya, jika tubuh kurang mendapatkan nutrisi dari buah-buahan maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi tubuh karena tubuh membutuhkan vitamin secara cukup, selain itu didalam tubuh manusia juga dibutuhkan berbagai jenis vitamin yang berperan dalam menjaga kesehatan.
Beragamnya kebutuhan tubuh akan vitamin, inilah yang memicu perkembangan produksivitas buah-buahan dan tidak menutup kemungkinan terjadinya pengimporan buah dari luar negeri sebab saat ini tidak dipungkiri bahwa ada beberapa tanaman khususnya buah yang berasal dari luar negeri yang kualitasnya jauh lebih unggul daripada kualitas yang dihasilkan di dalam negeri. selain itu perbedaan kondisi alam juga mampu menentukan kualitas dari hasil panen buah tersebut sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya proses pengimporan beragam jenis buah kedalam negeri.
Buah yang saat ini beredar pesat disekitar masyarakat indonesia adalah buah-buahan dari luar negeri (Impor) peningkatan terbesar ada pada buah-buahan mencapai 66,46 persen dengan nilai 42,2 juta dollar AS.
Mengapa kita harus mulai meninggalkan buah impor? Yang jelas buah- buah impor berasal dari negara yang jauh, dan tentunya untuk sampai ke negara kita dalam kondisi tetap bagus harus menggunakan berbagai perlakuan, misalkan pengawetan.
Hal ini dikarenakan proses pendistribusian yang panjang, baik dari jalur laut, darat, maupun udara. Sehingga produsen buah impor menambahkan pengawet supaya buah terlihat segar hingga di pasarkan.
Buah impor ini bisa ditemui di berbagai penjuru nusantara dengan mudah. Terlebih dipasar modern hingga pusat perbelanjaan dan mall atau supermarket.
Penggunaan bahan kimia, jelas sangat tidak baik bagi kesehatan, apalagi penggunaannya jangka panjang. Berbagai jenis penyakit bisa menghantui setiap saat bahkan hingga mematikan. Sebagai contoh kasus melon yang terserang bakteri dari Australia, sehingga mematikan pengkonsumsinya.
Selain itu penggunaan zat kimia pada buah juga dapat mengurangi nutrisi yang terkandung dalam buah tersebut yang berakibat nutrisi yang masuk ketubuh menjadi kurang optimal.
Untuk menangkal serangan buah impor di Indonesia dalam artian menghentikan impor adalah kewenangan dari negara khususnya kementerian perdagangan dan pertanian. Bagi remaja ataupun generasi muda, kita juga tentu juga dapat melakukannya, namun bukan berarti tidak memakan buah anggur ataupun apel sama sekali.
Namun langkah yang bisa dibuat bagi generasi remaja yang peduli dengan kondisi buah-buahan di Indonesia adalah dengan pendidikan, yakni dengan sekolah di SMK bidang pertanian. Sesuatu yang logis dan bisa diterapkan pada siapapun.
Pendidikan tentu berperan penting dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Pendidikan yang baik akan berbanding sejajar terhadap kemampuan suatu penduduk untuk berkarya dan bekerja, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan per kapital. Selain hal tersebut, daya saing dan daya adaptasi masyarakat yang semakin baik berarti dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menangkal buah Impor dengan sekolah di SMK Pertanian?
SMK Pertanian sebagaimana yang kami rasakan, dalam pembelajaran teori maupun praktiknya menerapkan suasana belajar yang mengasyikan, dinantikan jam demi jam pertemuanya, dan memberi kesan mendalam bagi seluruh pesertanya.
Proses pembelajaran disekolah kami menciptakan kondisi yang merangsang terjadinya komunikasi dan interaksi, hubungan harmonis antara pendidik dan peserta didik. Dan salah satu kekhususan pada jurusan pertanian adalah adanya FIELD TRIP untuk memperoleh pengetahuan baru dibidang pertanian dalam pembelajaran produktif yang dilakukan diluar sekolah setelah pembelajaran teori.
Pembinaan peserta didik dengan pendekatan ketarunaan, kerohanian dan kekeluargaan terbukti mampu mencetak putra- putri yang terbaik bagi alumni-alumninya.
Ketika kita sekolah di SMK pertanian, kita akan diajari bagaimana cara menghasilkan suatu komoditas dengan baik. kita juga mampu mengelola sumber daya lahan dengan maksimal. Tentunya dengan berbekal penerapan teknologi pertanian secara terpadu. Apalagi ilmu sekarang terbentang tanpa batas melalui HP masing-masing. Dimana generasi remaja sekarang yang disebut generasi milenial memiliki ciri berfikir strategis, inovatif, energis, antusias dan fasih menghadapi teknologi digital, sehingga dapat menjadi pembawa pembaruan dalam dunia pertanian.
SMK pertanian memiliki kaitan yang erat dengan rekayasa pertanian, sehingga tidak bisa dipisahkan dengan penelitian dan pengembangan pada sektor pertanian. Maka dari itu jika memilih jurusan ini, Kita bisa mengetahui indahnya bercocok tanam, mencintai lingkungan dan saling menyayangi sesama mahluk.
Standar kompetensi lulusan siswa pertanian meliputi banyak kompetensi yang tentu akan mendukung Indonesia sebagai negara maju dalam bidang pertanian, seperti; Agribisnis Tanaman Sayuran, Agribisnis Tanaman Buah, Agribisnis Tanaman Hias, Agribisnis Tanaman Pangan, Agribisnis Tanaman Palawija, Pembibitan Tanaman Sayur, Buah, dan Hias. Selain itu, beberapa keunggulan lokal yang terus diusung dan dikembangkan pada jurusan pertanian misalnya pada Agribisnis mangga merah dengan sistem UHDP.
Standar kompetensi ini apabila benar-benar dikuasai oleh siswa, tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan buah-buah nusantara secara meluas. Banyak orang yang sukses bergelut dibidang pertanian dengan meraup keuntungan. Disini kita melihat bahwa sekolah pertanian bisa membawa kita untuk sukses dimasa yang akan datang.
Dengan ilmu pertanian kita bisa mengembangkan ilmu pertanian dengan pembangunan, seperti halnya penanaman disetiap area pembangunan irigasi dan wilayah-wilayah yang strategis untuk pertumbuhan.
Disitu pula kita sebagai pemuda yang mencintai pertanian bisa mengembangkan tanaman buah-buahan atau sayuran. Bukankah buah hasil tanam sendiri kualitas dan terbukti kesehatannya
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” begitulah perkataan Persiden Soekarno dalam pidatonya.
Kalimat Presiden Soekarno tersebut menggambarkan seberapa besar perubahan yang mampu dibawa oleh pemuda. Namun, nyaris hilang semua perkataan tersebut karena pada era yang modern ini pemuda lebih mementingkan kepentingkan dirinya tanpa perduli terhadap negaranya.
Pemuda di era yang milenial ini lebih sibuk dengan gadged dan dunia fananya yang sudah jelas-jelas tidak bermanfaat. Kesibukan ini menjadikan pemuda zaman sekarang pudar rasa nasionalismenya, termasuk pandangannya terhadap buah-buah impor.
Jika kita menggunakan perhitungan data dari BPS dan Pusdatin Departemen Pertanian, kita masih kekurangan seluas 8.549,69 hektar. Hal tersebut tentu akan meningkatkan pendapatan petani mulai dari pengadaan bibit, pembukaan lahan, penanaman, perawatan, pemupukan hingga panen, jelas hal tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja. Yang tentunya akan meningkatkan perekonomian warga sekitar perkebunan buah tersebut. Untuk itu, sekolah di SMK Pertanian adalah hal yang dapat diterima untuk menangkis impor buah dalam jangka panjang.
Keterbatasan lahan yang selama ini dipermasalahkan dalam pengembangan buah adalah dengan sistem Ultra High Density Planting (UHDP) atau penanaman tanaman dengan jarak sangat rapat. Dan tentunya sisitem ini dipelajari ketika kita belajar di SMK Pertanian. Sebuah sistem jarak tanam yang dapat menjadikan kualitas buah lebih baik, pemeliharaanpun dapat dilaksanakan dengan mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H