SMK pertanian memiliki kaitan yang erat dengan rekayasa pertanian, sehingga tidak bisa dipisahkan dengan penelitian dan pengembangan pada sektor pertanian. Maka dari itu jika memilih jurusan ini, Kita bisa mengetahui indahnya bercocok tanam, mencintai lingkungan dan saling menyayangi sesama mahluk.
Standar kompetensi lulusan siswa pertanian meliputi banyak kompetensi yang tentu akan mendukung Indonesia sebagai negara maju dalam bidang pertanian, seperti; Agribisnis Tanaman Sayuran, Agribisnis Tanaman Buah, Agribisnis Tanaman Hias, Agribisnis Tanaman Pangan, Agribisnis Tanaman Palawija, Pembibitan Tanaman Sayur, Buah, dan Hias. Selain itu, beberapa keunggulan lokal yang terus diusung dan dikembangkan pada jurusan pertanian misalnya pada Agribisnis mangga merah dengan sistem UHDP.
Standar kompetensi ini apabila benar-benar dikuasai oleh siswa, tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan buah-buah nusantara secara meluas. Banyak orang yang sukses bergelut dibidang pertanian dengan meraup keuntungan. Disini kita melihat bahwa sekolah pertanian bisa membawa kita untuk sukses dimasa yang akan datang.
Dengan ilmu pertanian kita bisa mengembangkan ilmu pertanian dengan pembangunan, seperti halnya penanaman disetiap area pembangunan irigasi dan wilayah-wilayah yang strategis untuk pertumbuhan.
Disitu pula kita sebagai pemuda yang mencintai pertanian bisa mengembangkan tanaman buah-buahan atau sayuran. Bukankah buah hasil tanam sendiri kualitas dan terbukti kesehatannya
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” begitulah perkataan Persiden Soekarno dalam pidatonya.
Kalimat Presiden Soekarno tersebut menggambarkan seberapa besar perubahan yang mampu dibawa oleh pemuda. Namun, nyaris hilang semua perkataan tersebut karena pada era yang modern ini pemuda lebih mementingkan kepentingkan dirinya tanpa perduli terhadap negaranya.
Pemuda di era yang milenial ini lebih sibuk dengan gadged dan dunia fananya yang sudah jelas-jelas tidak bermanfaat. Kesibukan ini menjadikan pemuda zaman sekarang pudar rasa nasionalismenya, termasuk pandangannya terhadap buah-buah impor.
Jika kita menggunakan perhitungan data dari BPS dan Pusdatin Departemen Pertanian, kita masih kekurangan seluas 8.549,69 hektar. Hal tersebut tentu akan meningkatkan pendapatan petani mulai dari pengadaan bibit, pembukaan lahan, penanaman, perawatan, pemupukan hingga panen, jelas hal tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja. Yang tentunya akan meningkatkan perekonomian warga sekitar perkebunan buah tersebut. Untuk itu, sekolah di SMK Pertanian adalah hal yang dapat diterima untuk menangkis impor buah dalam jangka panjang.
Keterbatasan lahan yang selama ini dipermasalahkan dalam pengembangan buah adalah dengan sistem Ultra High Density Planting (UHDP) atau penanaman tanaman dengan jarak sangat rapat. Dan tentunya sisitem ini dipelajari ketika kita belajar di SMK Pertanian. Sebuah sistem jarak tanam yang dapat menjadikan kualitas buah lebih baik, pemeliharaanpun dapat dilaksanakan dengan mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H