Mohon tunggu...
Mushadi Iksan
Mushadi Iksan Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Guru Matematika pada Sekolah Indonesia Moskow

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kaltim - Kalsel Trip Day 3

27 Juni 2019   10:57 Diperbarui: 27 Juni 2019   11:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai rencana, kami bangun pagi untuk menuju ke pasar terapung Lok Baintan, karena menurut informasi yang kami dapat, pasar terapung Lok Baintan hanya buka antara pukul 06.00 -- 09.00 WITA. 

Sekitar 15 menit dari penginapan terdapat sebuah dermaga kecil, dari dermaga ini kami menuju pasar terapung menggunakan kapal carter dengan ongkos Rp 150 rb pergi pulang. Perjalanan dari dermaga ini ke lokasi pasar terapung Lok Baintan sekitar 30 menit.

Ada kejadian yang sangat saya ingat di pagi itu yaitu, saat menyewa kapal kecil ini, kami agak kesulitan dalam komunikasi, karena si bapak yang menyewakan kapal sekaligus nantinya yang akan "menahkodai" kapal ini berbahasa Banjar "murni" yang kami agak kesulitan mengerti. 

Beliau tidak memakai Bahasa Indonesia sama sekali. Dalam hati saya tertawa sendiri, padahal saya sudah tinggal di Samarinda dan bertetangga dengan banyak "Urang Banjar" lebih dari 20 tahun ternyata masih belum mahir juga berbahasa Banjar, Alhasil selama perjalanan sampai kembali kami tidak berkomunikasi banyak dengan si bapak tadi, kecuali bilang terima kasih setelah selesai diantar dan beberapa kata mudah yang kami tahu, karena takut kalau berbicara banyak dan beliau menjawab malah akan membuat kami bingung. He he he ada ada saja ya.

Seperti info yang kami terima, sesampai di lokasi pasar sudah banyak pedagang yang yang "menyerbu" kapal kami untuk menawarkan aneka macam barang dagangan, mulai gorengan, nasi kuning, soto banjar, buah-buahan, kerajinan, sembako, termasuk gas LPG tabung 3 kg.

Karena tadi belum sarapan, kami membeli nasi kuning untuk sarapan. buah-buahan, souvenir berupa tas tas belanja terbuat dari anyaman untuk oleh-oleh, dan tak lupa foto di atas kapal dengan latar belakang pasar dan orang orang yang sedang bertransaksi antar pedagang dan pembeli di atas kapal masing masing. 

Sarapan dan belanja yang berbeda dari yang pernah kami rasakan sebelumnya, menbuat kami merasa nyaman dan menikmati suasana ini. Tidak terasa, matahari semakin tinggi, para pedagang dan pembeli yang kebanyakan wisatawan semakin berkurang. Tibalah saatnya kami kembali ke dermaga untuk kembali ke penginapan.

Sekitar pukul 09.00 WITA, kami chek out dan menuju ke pusat kota yang menurut info ada beberapa taman dan ada juga pasar terapungnya. Salah satu taman yang kami kunjungi adalah Taman Siring. 

Taman ini terletak di tepi sungai Martapura. Selain taman terdapat pula pasar terapung, dimana penjualnya tidak berada di atas perahu tetapi di atas dermaga yang terapung. 

Terdapat pula penampilan rombongan kesenian daerah yang menghibur pengunjung di dalam taman dengan mengenakan busana tradisional Banjar. Selain itu terdapat dermaga wisata menuju kampung hijau dan pulau kembang.

Sebelum menuju ke pulai Kembang, saya sempat berkomunikasi dengan seorang teman lama yang pernah bersama-sama kursus Bahasa Inggris di Malang sebelum berangkat mengambil S-2 ke Inggris. 

Akhirnya kami bertemu dan sempat makan siang bersama di salah satu rumah makan khas Banjar di Banjarmasin. Ini adalah pertemuan pertama setelah sekitar 19 tahun tidak pernah bertemu walaupun tinggal di pulau yang sama.

Di antara menu yang ditawarkan terdapat menu yang asing bagi saya yaitu "selada", Supaya tidak penasaran saya pesan menu tersebut sambil menanyakan detail ke penjualnya. 

Dan ternyata selada itu sebuah olahan makanan yang disajikan di mangkok dengan bahan dasar mirip Sop Banjar dan ada serutan mentimun di dalamnya sehingga segar dan kriuk kriuk tapi berkuah bila dimakan. "Bisa dimakan dengan nasi atau ketupat", begitu kata penjualnya. Akhirnya kami dapat pengetahuan baru tentang salah satu kuliner suku Banjar.

Setelah makan siang sesuai rencana, kami lanjutkan menuju Pulau Kembang. Kami ke Dermaga "kapal" yang akan mengantar kami menuju ke sana.  Setiap penumpang dikenakan biaya sebesar Rp 35 rbu pergi pulang. Perjalanan menuju Pulau Kembang cukup mengasyikkan, dimana kapal menyusuri sungai Martapura yang tidak terlalu lebar dan sebelah kiri dan kanan merupakan perkampungan penduduk yang cukup padat. 

Selama perjalanan kami melihat banyak anak anak kecil bermain air, berenang disela sela hilir mudik kapal kami, bahkan ada yang melompat dari jembatan di atas sungai dan "hinggap" di atas atap kapal. 

Setelah lepas dari sungai Martapura masuklah ke sungai Barito yang cukup besar dimana banyak kapal-kapal besar berlalu lalang termasuk ponton batu bara dan speed boat membawa penumpang. Setelah sekitar 30 menit perjalanan sampailah kami di dermaga kecil sebuah pulau.

Pulai kembang adalah sebuah pulau yang terletak di tengah sungai Barito dan secara administrasi, pulau tersebut masuk Kab. Barito Kuala. Pulau ini merupakan rumah bagi monyet, untuk pengunjung disediakan jalan setapak dari semen di sela-sela tumbuhan di mana para monyet bergelantungan atau berlarian di sela-sela pengunjung yang melintasi jalan setapak memutar kembali ke dermaga. 

Biasanya pengunjung sudah menyiapkan kacang yang bisa dibeli saat mendarat di dermaga. Dengan berbekal kacang di tangan kita bisa mendekat atau didekati oleh monyet sambil memberi makan mereka.

Ada kejadian yang mungkin tidak akan dilupakan oleh putri saya di sini. Saat itu kami sedang asyik jalan sesuai rute sambil memberi makan monyet. Dia dan si kakak jalan di depan sementara saya dan istri di belakang. 

Awalnya aman aman saja. Saat kami beri makan monyet monyet itu santai mengambilnya, bahkan bila dilempari kacang mereka akan berusaha untuk menangkapnya, jadi kami memberinya satu per satu. 

Tapi tiba tiba ada seekor  monyet yang langsung meloncat tinggi merebut kacang di tangan putri saya, sehingga dia terkejut dan berteriak, untung tidak jatuh. 

Dan setelah itu kami semua mulai waspada dan menyimpan barang barang yang terlihat menggantung di badan kami termasuk kamera yang saya bawa langsung saya masukkan jaket. Dan kami berjalan lebih cepat lagi karena "umpan" berupa kacang yang kami bawa sudah tidak ada lagi.

Tiga puluh menit adalah waktu yang diberikan oleh pemilik kapal untuk "berkunjung" ke pulau Kembang sebelum kita diantar kembali ke dermaga yang berada di taman Siring tadi. Tapi tidak sampai batas waktu yang diberikan kami dan beberapa wisatawan lain sudah kembali ke kapal.

Dari taman ini kami rencakan keluar dari kota Banjarmasin untuk "pulang" ke Samarinda, artinya tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Kalteng apalagi Kalbar karena saya dapat info dari sekolah bahwa Senin harus sudah masuk karena perubahan jadwal libur, Kami putuskan kali ini kami ambil jalan berbeda dengan saat menuju ke Banjarmasin, kami harus melalui kota Martapura dan kami usahakan bisa menginap di kota Kandangan sebelum kembali ke Samarinda. 

Sebelum keluar dari kota Banjarmasin, kami sempat lewat gerai Starbuck, kami berhenti untuk membeli Tumbler Starbuck sebagai koleksi ( itu adalah kebiasaan keluarga kami setiap melakukan perjalanan sekeluarga dikota kota yang ada gerai Starbuck baik di dalam negeri atau dikota kota luar negeri kami selalu membeli Tumbler yang bertuliskan nama kota tersebut ), Dan ternyata starbuck dengan tulisan "Banjarmasin" belum tersedia.

Dalam perjalanan pulang ini, kami sempatkan singgah untuk berfoto di Universitas Lambung Mangkurat dan Bandara Udara Syamsudin Noor. Kemudian perjalanan kami lanjutkan ke Martapura yang terkenal sebagai kota Intan.

Di Martapura, sejenak berhenti di Masjid Agung Martapura untuk shalat ashar dan menikmati suasana sekitar ( ada beberapa pedagang yang datang ke kami menawarkan batu batuan saat kami masih di parkiran masjid ), lalu kami lanjut berfoto di taman "Martapura Kota Intan" yang letaknya tidak terlalu jauh dari masjid yang merupakan ikon kota ini. 

Kami tidak terlalu lama di sini, setelah puas menikmati suasana sore kemudian kami lanjut perjalanan ke Kota Kandangan, yang merupakan ibu kota Kab. Hulu Sungai Selatan. Lalu lintas Banjarmasin -- Kandangan yang sebagian besar cukup padat merayap dan kondisi hujan selama perjalanan mengakibatkan kami tidak bisa melaju kencang ( kecepatan rata-rata di bawah 60 km/jam ).

Akhirnya sekitar pukul 20.00, kami baru sampai di sebuah Penginapan Syariah Qianna Inn yang ada di Kota Kandangan. Setelah cek in dan pilih kamar akhirnya malam itu kami beristirahan sekaligus melepaskan lelah di situ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun