Akhirnya kami bertemu dan sempat makan siang bersama di salah satu rumah makan khas Banjar di Banjarmasin. Ini adalah pertemuan pertama setelah sekitar 19 tahun tidak pernah bertemu walaupun tinggal di pulau yang sama.
Di antara menu yang ditawarkan terdapat menu yang asing bagi saya yaitu "selada", Supaya tidak penasaran saya pesan menu tersebut sambil menanyakan detail ke penjualnya.Â
Dan ternyata selada itu sebuah olahan makanan yang disajikan di mangkok dengan bahan dasar mirip Sop Banjar dan ada serutan mentimun di dalamnya sehingga segar dan kriuk kriuk tapi berkuah bila dimakan. "Bisa dimakan dengan nasi atau ketupat", begitu kata penjualnya. Akhirnya kami dapat pengetahuan baru tentang salah satu kuliner suku Banjar.
Setelah makan siang sesuai rencana, kami lanjutkan menuju Pulau Kembang. Kami ke Dermaga "kapal" yang akan mengantar kami menuju ke sana. Â Setiap penumpang dikenakan biaya sebesar Rp 35 rbu pergi pulang. Perjalanan menuju Pulau Kembang cukup mengasyikkan, dimana kapal menyusuri sungai Martapura yang tidak terlalu lebar dan sebelah kiri dan kanan merupakan perkampungan penduduk yang cukup padat.Â
Selama perjalanan kami melihat banyak anak anak kecil bermain air, berenang disela sela hilir mudik kapal kami, bahkan ada yang melompat dari jembatan di atas sungai dan "hinggap" di atas atap kapal.Â
Setelah lepas dari sungai Martapura masuklah ke sungai Barito yang cukup besar dimana banyak kapal-kapal besar berlalu lalang termasuk ponton batu bara dan speed boat membawa penumpang. Setelah sekitar 30 menit perjalanan sampailah kami di dermaga kecil sebuah pulau.
Pulai kembang adalah sebuah pulau yang terletak di tengah sungai Barito dan secara administrasi, pulau tersebut masuk Kab. Barito Kuala. Pulau ini merupakan rumah bagi monyet, untuk pengunjung disediakan jalan setapak dari semen di sela-sela tumbuhan di mana para monyet bergelantungan atau berlarian di sela-sela pengunjung yang melintasi jalan setapak memutar kembali ke dermaga.Â
Biasanya pengunjung sudah menyiapkan kacang yang bisa dibeli saat mendarat di dermaga. Dengan berbekal kacang di tangan kita bisa mendekat atau didekati oleh monyet sambil memberi makan mereka.
Ada kejadian yang mungkin tidak akan dilupakan oleh putri saya di sini. Saat itu kami sedang asyik jalan sesuai rute sambil memberi makan monyet. Dia dan si kakak jalan di depan sementara saya dan istri di belakang.Â
Awalnya aman aman saja. Saat kami beri makan monyet monyet itu santai mengambilnya, bahkan bila dilempari kacang mereka akan berusaha untuk menangkapnya, jadi kami memberinya satu per satu.Â
Tapi tiba tiba ada seekor  monyet yang langsung meloncat tinggi merebut kacang di tangan putri saya, sehingga dia terkejut dan berteriak, untung tidak jatuh.Â