Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Emang Masih Zaman Baca Informasi di Halte Bus?

26 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:18 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan yang dilontarkan salah satu netizen beberapa waktu lalu membuat gaduh dunia transportasi umum di jagad X.

Sang netizen merasa, dengan adanya ponsel pintar saat ini, maka membaca papan informasi rute di halte adalah kegiatan yang cukup memakan waktu. Tentu, opini ini kemudian menimbulkan pro dan kontra. Terutama, bagi mereka yang giat menggunakan transportasi umum untuk beraktivitas.

Saat ini, memang sudah banyak aplikasi yang memuat rute transportasi umum beserta pelacakannya. Salah satu yang paling baru dan lengkap adalah aplikasi Mitra Darat. Selain bisa mengecek kelayakan angkutan umum, aplikasi tersebut juga memuat rute, jadwal, dan posisi armada berbagai BRT di Indonesia, baik yang terafiliasi dengan Teman Bus maupun tidak atau sering disebut dengan BRT Nusantara.

Melalui aplikasi tersebut, calon penumpang bisa melihat halte, rute, dan posisi bus yang akan mereka naiki. Jika mereka menyetel posisi secara aktif, maka mereka juga bisa mencari halte terdekat dengan posisi mereka. Bahkan, estimasi kapan bus tiba di halte tersebut juga bisa diketahui dengan jelas.

Berbeda dengan Teman Bus dan BRT Nusantara, Transjakarta malah jauh lebih maju. Pengguna TJ kini bisa memantau pergerakan bus di Google Map. Mereka tinggal mencari halte tujuan, rute yang akan dinaiki sehingga bisa melihat posisi bus secara real time. 

Tidak perlu mengunduh aplikasi lain karena Transjakarta sudah bekerja sama dengan pihak Google untuk mengembangkan aplikasi tersebut sehingga cukup memudahkan para penumpang.

Walau berbagai aplikasi tersebut bisa membuat penumpang lebih mudah dalam memahami rute dan mendapat informasi lain, tetap saja adanya papan infomasi (way finding) di halte sangatlah penting. Ada beberapa alasan yang membuat orang masih membaca informasi pada halte.

Pertama, untuk memastikan bahwa halte yang dituju adalah benar. 

Aplikasi transportasi memang bisa menunjukkan lokasi halte. Namun, jika ada beberapa halte yang berdekatan atau ada halte yang digeser dari tempat semula, maka membaca informasi pada halte sangatlah penting.

Sebagai contoh, di Jalan Raya Darmo Surabaya, ada beberapa halte yang digunakan untuk naik turun penumpang Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan Wira-wiri. Ada halte yang bisa digunakan untuk naik Suroboyo Bus dan Wira-wiri saja, tetapi tidak bisa digunakan untuk naik Trans Semanggi, yakni Halte Urip Sumoharjo yang menuju arah utara. 

Penumpang yang akan naik Trans Semanggi harus berjalan kaki ke Halte Basra yang berada di sebelah utara dari halte tersebut. Nah, jika tidak ada informasi pada halte, maka akan ada penumpang yang mengira halte tersebut bisa digunakan untuk naik Trans Semanggi.

Informasi pertukaran rute Trans Jogja dengan Teman Bus Jogja yang tidak tercantum dalam aplikasi. (Dokumentasi pribadi)
Informasi pertukaran rute Trans Jogja dengan Teman Bus Jogja yang tidak tercantum dalam aplikasi. (Dokumentasi pribadi)

Kedua, tidak semua penumpang bisa mengakses aplikasi pelacakan pada ponsel. 

Biasanya, para lansia tidak piawai dalam menggunakan berbagai aplikasi pelacakan. Mereka sering mengandalkan informasi pada halte untuk mengetahui posisi mereka dan tujuan mereka. 

Penumpang yang bukan lansia pun juga masih membaca informasi pada halte karena beberapa alasan tertentu. Semisal, malas membuka ponsel, takut ponsel kena jambret karena di tempat ramai, hingga tentunya baterai ponsel yang menipis.

Ketiga, informasi rute pada halte dibuat dalam bentuk sederhana sehingga lebih mudah dipahami. 

Berbeda dengan aplikasi, informasi rute dibuat tanpa memerhatikan pola peta integrasi atau sesuai dengan Google map. Penumpang lebih mudah membaca peta dengan visualisasi garis lurus. 

Mereka juga lebih mudah memahami di mana mereka harus transit yang sering digambarkan dengan tanda bulatan tebal pada halte transit. Saya sendiri juga sering terbantu saat membaca inormasi dengan model seperti ini karena lebih praktis.

Peta rute yang terpasang pada halte lebih mudah dipahami.(Dokumentasi pribadi)
Peta rute yang terpasang pada halte lebih mudah dipahami.(Dokumentasi pribadi)

Keempat, informasi pada halte tidak sekadar rute dan posisi bus. 

Biasanya, informasi pada halte juga memuat tarif BRT, cara pembayaran, lokasi wisata terdekat, dan aturan lainnya. Informasi ini tidak ada pada aplikasi pelacakan BRT. Bahkan, pada beberapa titik, ada informasi mengenai nomor telepon penting jika ada saran atau laporan saat naik BRT.

Informasi kontak ini penting karena kejadian tak terduga bisa saja terjadi. Semisal, saat menunggu di halte tiba-ada calon penumpang yang sakit atau pingsan, maka nomor kontak darurat sangat penting untuk tercantum.

Tampilan tracking posisi bus Transjakarta pada Google map. (Dokumentasi pribadi)
Tampilan tracking posisi bus Transjakarta pada Google map. (Dokumentasi pribadi)

Kelima, namanya aplikasi ponsel, tentu kerap mengalami masalah atau bug. 

Kejadian ini sering terjadi pada aplikasi Teman Bus sebelum dialihkan ke Mitra Darat. Saat membuka aplikasi tersebut, seringkali terjadi kesalahan sehingga tidak bisa melihat posisi bus. Walau sudah jauh lebih baik, beberapa kali aplikasi Mitra Darat juga tidak bisa menampilkan rute dengan baik. Alhasil, informasi pada halte masih menjadi tumpuan.

Keenam, untuk meringankan beban sopir dan kondektur. 

Adanya papan informasi pada halte juga turut meringankan beban kondektur dan sopir saat bertugas. Calon penumpang bisa membaca dulu informasi rute dengan seksama sehingga kemungkinan bertanya pada mereka juga bisa berkurang. 

Waktu berhenti di halte juga lebih singkat dan perjalanan pun jadi lebih lancar. Bisa dibayangkan, jika tidak ada infromasi pada halte, maka setiap penumpang yang naik akan bertanya dan memakan waktu perjalanan.

Seorang penumpang lansia membantu petugas memasang way finding pada Halte Trans Banyumas.(Dokumentasi pribadi)
Seorang penumpang lansia membantu petugas memasang way finding pada Halte Trans Banyumas.(Dokumentasi pribadi)

Maka dari itu, papan informasi menjadi media informasi dan pengatur alur aktivitas manusia di sebuah kawasan. Keberadaannya juga sebagai navigasi seseorang di ruang kota, baik yang sudah mengenal areanya maupun tidak. Bagi mereka yang baru saja tiba di sebuah kota, maka papan informasi tersebut sangatlah penting.

Untuk itulah, keberadaan papan informasi pada halte sangatlah penting. Sayang, banyak kota yang malah memberikan ruang lebih besar kepada pemasang iklan di halte sehingga esensi dari halte menjadi hilang. 

Beberapa pihak seperti dari forum diskusi transportasi kini memasang papan informasi pada halte yang terbaru. Upaya mereka patut diapresiasi mengingat masih banyak pemerintah daerah yang abai masalah ini.

Jadi, menurut Anda, apakah kegiatan membaca informasi pada halte masih penting dilakukan saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun