Sudah menjadi rahasia umum bahwa wilayah Benowo, Pakal, Kandangan, dan sekitarnya dianggap sebagai wilayah yang tak tersentuh pembangunan Kota Surabaya secara merata. Salah satunya adalah pembangunan transportasi umum. Wilayah ini juga cukup jauh dari Surabaya dan dulu saya pernah mengira wilayah ini sudah masuk Kabupaten Gresik karena saking jauhnya.
Ketika viral video Bu Risma marah-marah soal pelayana e-KTP yang amburadul di Surabaya, beliau saat itu menggambarkan bagaimana jika warga dari Benowo harus oper bemo atau angkot dan menunggu lama demi mendapatkan e-KTP.Â
Penggambaran tersebut membuat pemahaman bahwa daerah ini memang salah satu daerah yang juga harus diperhatikan dalam menata transportasi umum.
Kini, dengan adanya feeder warga Benowo bisa jalan-jalan ke Tunjungan. Sebuah hal yang mungkin akan sulit dilakukan bagi mereka yang masih belum memiliki kendaraan pribadi.
Dalam perjalanan saya dari Pasar Kembang ke Tunjungan, saya bersama simbah-simbah yang niat jalan-jalan ke Tunjungan. Dari raut muka dan pembicaraan mereka, tampak sekali kebahagiaan bisa naik feeder ini. Maka, saya berpikir sebenarnya jika ingin melihat ketidakmerataan pembangunan di Indonesia sebenarnya tidak perlu jauh-jauh. Datanglah ke Surabaya dan lihatlah warga di daerah pinggiran selama ini cukup susah mendapatkan layanan transportasi umum.
Untuk pengalaman naik feeder ini sendiri sebenarnya cukup nyaman dan mirip Feeder Trans Semarang. Ada dua jenis armada yang digunakan, yakni armada Hi Ace dengan kapasitas 14-16 orang dan armada Grand Max dengan kapasitas 11 orang. Di dalam feeder terdapat layar monitor berisi informasi rute. Ada pula mesin pembayaran nontunai di dekat pintu yang terbuka secara otomatis.
AC yang menyala kencang membuat nyaman. Sopir pun yang menurut informasi merupakan sopir angkot rute yang terdampak juga mengemudikan feeder dengan baik. Walau kadang mereka masih bingung mencari letak halte yang harus dituju, tetapi masih perlu dimaklumi. Halte yang terpasang memang belum diinformasikan jelas oleh akun Wira-Wiri Suroboyo. Kadang, posisi halte juga terhalang oleh pohon atau bangunan lain.
Seorang kondektur juga disiagakan di setiap armada feeder. Selain membantu sopir dan penumpang, mereka juga memastikan penumpang bisa transit ke Suroboyo Bus atau Trans Semanggi. Untuk seminggu ini, tiket masih gratis dan akan berbayar sebesar 5.000 rupiah untuk umum dan 2.500 rupiah untuk pelajar pada minggu berikutnya.
Kelemahan utama feeder ini adalah posisi armadanya belum bisa dicek melalui aplikasi seperti Trans Semanggi atau Suroboyo Bus. Penumpang harus sabar menunggu di tempat pemberhentian. Jika mereka sedang beruntung, maka akan cepat mendapatkan feeder. Jika tidak, maka mereka harus ekstra sabar.