Angin segar pun berembus ketika beberapa pemberitaan menyatakan bahwa Pemkot Surabaya akan menyediakan angkutan Feeder atau pengumpan. Beberapa warga melihat armada Feeder berjalan di jalanan Surabaya untuk ujicoba. Kabar pun santer terdengar bahwa pada akhir Februari kemarin layananan ini akan beroperasi. Nyatanya, waktu pengoperasian Feeder pun molor dan baru benar-benar jalan awal Maret ini.
Sebuah akun bernama Wira-Wiri Suroboyo pun diperkanalkan publik di Instagram. Akun tersebut menyatakan bahwa pengoperasian Feeder akan segera dilakukan. Tak lama, peresmian pun dilakukan oleh Wali Kota Surabaya.
Walau sudah diresmikan, sebagai orang yang pernah kena prank bus listrik kemarin, saya bertanya. Benarkan feeder ini akan beroperasi? Atau hanya gimmick semata yang nantinya akan kembali berhenti kembali?
Dalam unggahan akun Wira-Wiri Suroboyo, setidaknya ada 5 rute Feeder ini. Rute pertama adalah rute Benowo-Tunjungan, rute kedua adalah rute Mayjend Sungkono-Embong Wungu, rute ketiga adalah Terminal Joyoboyo Kedung Asem, rute keempat adalah Penjaringan Sari-Gunung Anyar, dan rute kelima adalah Puspa Raya HR Muhammad.
Kelima rute ini melayani wilayah dan jalanan yang sebagian besar belum dilewati oleh Trans Semanggi dan Suroboyo Bus.
Meski demikian, kelimanya akan menghubungkan penumpang dengan halte Suroboyo Bus dan Trans Semanggi di beberapa titik. Penumpang bisa transit dari feeder menuju dua layanan bus tersebut.
Sayangnya, integrasi tiket hanya bisa dilakukan dengan Suroboyo Bus yang sama-sama dikelola oleh Pemkot Surabaya. Penumpang dari feeder maupun Suroboyo Bus tidak perlu lagi membayar tiket jika akan transit. Namun, penumpang tetap harus membayar tiket saat transit menggunakan bus Trans Semanggi Surabaya karena dikelola oleh Kemenhub.
Walau pihak Trans Semanggi telah memberikan informasi yang cukup jelas mengenai halte yang bisa digunakan transit feeder, nyatanya dengan aturan berbayar lagi ini, sejatinya belum memaksimalkan peran dari transportasi umum itu sendiri.
Walau demikian, antusiasme warga Surabaya dalam menyambut feeder bisa dikatakan cukup tinggi. Ketika saya mencoba naik dari Embong Malang ke Pasar Kembang lalu kembali lagi ke Tunjungan, saya bertemu dengan beberapa warga asal Benowo yang ingin ke pusat Kota Surabaya.