Ada dua parameter standar kinerja yang digunakan untuk menilai BRT Trans Jateng. Pertama adalah berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 27 Tahun 2015.Â
Ada enam standar yang digunakan yakni keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Berdasarkan enam parameter tersebut didapatkan nilai 73.Â
Beberapa parameter yang perlu dibenahi antara lain belum adanya fasilitas kesehatan dalam bus, belum tersedianya alat pembatas kecepatan, dan beberapa parameter lainnya.
Sementara, menurut parameter kedua yakni The BRT Standart 2016, ada beberapa hal yang perlu dibenahi oleh Trans Jateng. Perbaikan utama adalah jalur bus yang kurang steril sehingga mengganggu waktu operasional.Â
Masalah ini menjadi masalah klasik BRT di luar DKI Jakarta yang memang tidak memiliki jalur khusus. Tidak hanya itu, masih adanya rute non-BRT yang paralel atau bersinggungan dengan rute BRT juga menjadi Trans Jateng belum bisa melayani penumpang secara optimal.Â
Contohnya adalah pada rute Solo-Sragen yang masih terdapat bus ke arah Purwodadi yang terkenal dengan 'Rela-Rela'-nya. Pun demikian dengan rute Kutoarjo-Borobudur yang masih terdapat beberapa bus dan angdes beririsan dengan rute Trans Jateng. Akibatnya, ada beberapa tempat yang tidak bisa menjadi halte Trans Jateng karena bersinggungan dengan rute tadi.
Meski masih ada beberapa kelemahan, tetapi secara garis besar, penumpang merasa cukup puas dengan apa yang sudah didapatkan dari pelayanan Trans Jateng. Jika boleh jujur, sebenarnya penumpang membutuhkan waktu tunggu bus yang cepat, kondisi bus yang layak, sopir tidak ugal-ugalan, waktu tempuh bus tepat waktu, halte yang mudah diakses dan nyaman, serta tentunya tiket yang murah dan bisa dijangkau oleh semua kalangan.
Apabila beberapa hal tersebut mampu difasilitasi oleh penyedia BRT, maka akan banyak penumpang yang naik. Tidak hanya itu, masyarakat Jawa Tengah yang masih gemar menggunakan transportasi umum juga menjadi salah satu alasan mengapa Trans Jateng masih dibutuhkan.Â
Semoga Trans Jateng masih bisa bereskspansi menambah rute baru tetapi tidak melupakan pelayanan maksimal rute lamanya.