Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Suroboyo Bus, Ironi Tempat "Healing" dan Transportasi Massal

17 Maret 2022   22:34 Diperbarui: 18 Maret 2022   18:01 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan ibu-ibu yang biasanya memenuhi bus saat akhir pekan. - Dokumentasi Pribadi

Sudah hampir setahunan ini saya cukup sering menggunakan Suroboyo Bus.

Bermula dari pekerjaan di Surabaya, Suroboyo Bus menjadi andalan saya untuk bepergian di Surabaya. Walau tidak menjangkau tempat tujuan saya, tetapi dengan adanya Suroboyo Bus, pengeluaran saya menjadi lebih sedikit. Saya juga tak perlu lagi membuka aplikasi ojek online dan berjalan jauh demi mencari titik aman ketika tiba di terminal.

Suroboyo Bus juga membuat saya bisa sejenak melepas penat. Dengan duduk diam di dalam bus, maka saya bisa melihat pemandangan sekitar sembari menghela napas. Saya bisa melihat segala aktivitas di luar kaca bus sembari menikmati sajian kabin di dalam bus.

Tak sekadar itu saja, dengan menaiki Suroboyo Bus, saya juga bisa terhindar dari panasnya Kota Surabaya. Bayangkan, jika saya naik motor melalui aplikasi ojek daring, maka saya akan terpapar sinar mentari secara langsung. Tubuh saya akan kepanasan dan keringat akan bercucuran. Efeknya, saya kadang mengantuk jika sudah sampai di tempat tujuan. Sementara, saat saya duduk di dalam Suroboyo Bus, maka saya masih bisa beristirahat dan menghemat energi.

Apa yang saya dapatkan tadi memang menjadi salah satu keunggulan ketika saya dan para penumpang lain naik Suroboyo Bus. Kenyamanan menjadi kunci dari sistem transportasi massal ini. Beserta Teman Bus Trans Semanggi Suroboyo yang baru saja diresmikan, Suroboyo Bus masih menjadi pusat perhatian di jalanan Kota Surabaya.

Suroboyo Bus Belum Jadi Moda Transportasi Andalan

Namun, dalam perjalanannya, berdasarkan pengamatan saya, nyatanya Suroboyo Bus belum mampu menjadi salah satu andalan transportasi umum di Kota Surabaya. 

Suroboyo Bus dinilai belum mampu memecahkan persoalan masyarakat Surabaya yang butuh transportasi massal terintegrasi. Moda ini dinilai masih menjadi sarana healing atau rekreasi jika dibandingkan dengan upaya untuk mengurai kemacetan.

Ketika saya naik Suroboyo Bus, kebanyakan saya lakukan saat akhir pekan. Saya melakukan itu ya memang untuk healing. Jika pada kondisi hari biasanya, saya lebih menggunakan ojek daring atau dijemput rekan yang menggunakan kendaraan pribadi. Kalau pun menggunakan Suroboyo Bus, maka saya memiliki waktu yang cukup banyak untuk sampai di tempat tujuan.

Prinsip ini saya gunakan karena pernah sekali saya hampir terlambat bertemu dengan orang saat menggunakan Suroboyo Bus. Bus yang saya naiki terjebak kemacetan di suatu perempatan dan membutuhkan waktu sejam lebih untuk sampai di tempat tujuan. Sementara, jika menggunakan transportasi ojek daring, maka saya hanya perlu membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja. Sungguh sebuah kontradiksi yang sangat besar.

Atas alasan inilah, maka saya lihat Suroboyo Bus hanya ramai pada saat weekend atau hari libur saja. para penumpangnya kebanyakan adalah para keluarga yang mengajak serta anak-anak untuk naik Bus Tayo, julukan bagi bus ini. 

Suroboyo Bus pun kemudian menjelma sebagai sebuah transportasi wisata yang mulai kehilangan maknanya sebagai transportasi umum. Saya pun juga akhirnya ikut-ikutan menggunakan transportasi ini jika ingin melakukan healing di Kota Surabaya.

Padahal, Surabaya menyimpan sebuah masalah besar pada sistem transportasinya. Kota ini belum memiliki sistem transportasi andal yang bisa digunakan. Angkot yang masih mengaspal pun tak banyak diminati warga. 

Kereta komuter yang melaju ke kota penyangga juga belum banyak memberikan manfaat. Makanya, BRT seperti Suroboyo Bus ini sebenarnya menjadi kunci dari masalah transportasi.

Armada yang Kurang Jadi Penyebab Utama

Armada yang kurang menjadi salah satu penyebab utama belum efektifnya perjalanan Suroboyo Bus. Kadang, calon penumpang Suroboyo Bus perlu waktu menunggu hingga 1 jam demi mendapatkan satu buah bus. 

Rute MERR-Kenjeran adalah salah satu rute yang paling lama waktu tunggunya. Sebelum adanya Trans Semanggi Suroboyo, kadang penumpang harus menunggu lama. Akhirnya, tak banyak penumpang yang mau naik dan bus hampir selalu dalam keadaan kosong.

Tempat pemberhentian alias halte dan bus stop yang belum memadai juga menjadi salah satu masalah. Ada beberapa halte yang menurut saya kondisinya tidak layak semisal Halte PTC. Halte ini berada dekat dengan pusat perbelanjaan Pakuwon Mall.

Para calon penumpang menunggu Bus di Halte PTC.- Dokumentasi Pribadi
Para calon penumpang menunggu Bus di Halte PTC.- Dokumentasi Pribadi

Opsi Pembayaran yang Belum Bisa Diterima Semua Orang

Nah yang menjadi salah satu kekurangan dalam Suroboyo Bus adalah sistem pembayarannya. Sistem ini pernah dikritik habis-habisan karena penumpang harus menyediakan sampah botol plastik untuk naik ke dalam bus. 

Alhasil, banyak pekerja yang tak bisa menggunakan transportasi ini karena waktu mereka yang tidak banyak. Mana sempat mereka mencari atau mengumpulkan sampah botol plastik yang akan digunakan sebagai alat pembayaran.

Walau akhirnya pihak Suroboyo Bus mulai memberi opsi pembayaran nontunai, tetap saja ada saja kendala yang sering saya temui di lapangan. Kendala utamanya adalah belum banyaknya opsi kartu e-money yang bisa digunakan. Saat ini, kalau tak salah Suroboyo Bus hanya menerima satu jenis kartu e-money dari bank swasta.

Masih ada juga penumpang yang belum tahu jika pembayaran tiket Suroboyo Bus tidak bisa menggunakan uang tunai. Mereka kerap gigit jari harus turun dari bus karena tidak dapat melakukan pembayaran secara nontunai.

Kadang, mereka beruntung ada kondektur bus yang menerima uang dari mereka. Lalu, kondektur akan melakukan pembayaran melalui e-money atau saldo uang elektronik mereka. Kalau tidak, ada penumpang lain yang berbaik hati melakukan pembayaran kepada penumpang yang tidak bisa menggunakan pembayaran nontunai. 

Namun, bagi saya kegiatan ini masih merupakan kendala karena pembayaran secara nontunai di Surabaya saya lihat belum bisa sebaik di Jakarta. Masyarakat Surabaya masih banyak yang terbiasa dengan pembayaran secara tunai.

Rombongan ibu-ibu yang biasanya memenuhi bus saat akhir pekan. - Dokumentasi Pribadi
Rombongan ibu-ibu yang biasanya memenuhi bus saat akhir pekan. - Dokumentasi Pribadi

Fenomena ini terbukti saat pengoperasian Teman Bus Trans Semanggi Suroboyo. Jika ikut aturan, penumpang Teman Bus Trans Semanggi Suroboyo sementara ini tidak dikenakan biaya. Namun, mereka harus membawa kartu e-money untuk ditap pada mesin pemindai. Masih banyak penumpang yang tidak membawa e-money saat akan naik bus.

Tak hanya itu, saya juga sering menemukan banyak calon penumpang yang tidak paham mengenai e-money. Mereka belum paham bagaimana cara mendapatkan benda tersebut. 

Kebanyakan, mereka hanya tahu e-money digunakan hanya untuk membayar tol. Padahal, fungsi dari e-money ini sangat beragam. Salah satunya ya untuk naik transportasi umum.

Saya pernah bertemu dengan seorang Mbak-Mbak yang bingung di sebuah halte. Ia ragu akan naik Teman Bus Trans Semanggi Suroboyo. Ia bertanya bagaimana cara pembayarannya. Saya mengatakan bahwa saat ini masih gratis tetapi kalau bisa membawa e-money.

Dengan wajah bingung, si mbak tersebut bertanya bagaimana ia mendapatkan e-money tersebut. Apakah harus datang ke bank atau tempat khusus. Saya pun mengatakan bahwa ia bisa mendapatkannya di minimarket terdekat dan mengisi saldonya di sana. Untuk sementara, ia bisa naik dengan menggunakan e-money saya dulu. Kan masih gratis.

Fenomena ini juga menjadi sebuah PR besar bagi pengelola transportasi umum di Surabaya untuk lebih menggalakkan lagi penggunaan e-money. Sebagai perbandingan, saya justru kagum dengan Kota Solo yang sudah lumayan bagus dalam menggalakkan pembayaran nontunai pada kendaraan umum ini. 

Saya melihat cukup banyak simbah-simbah ke pasar membawa e-money ketika akan naik Teman Bus Batik Solo Trans dan pengumpannya. Ini menandakan bahwa proses sosialisasi yang baik dan efektif membuat warga Solo paham penggunaan e-money sebagai alat pembayaran transportasi.

Banyak yang Kecele Stiker Sampah tak Lagi Bisa Digunakan

Terakhir, kebijakan penggantian sticker sampah menjadi voucher dan member poin bagi saya menjadi salah satu kebijakan yang cukup sulit dipahami. Jadi, per Januari 2022 kemarin, stiker sampah tak berlaku lagi untuk digunakan sebagai pembayaran Suroboyo Bus. 

Pihak Suroboyo Bus sudah memberikan tenggat waktu bagi pemilik stiker sampah agar menukarkannya menjadi voucher atau member poin dalam aplikasi. Saya sendiri sempat menukarkan sekitar 10 stiker sampah menjadi member poin di aplikasi.

Masalahnya, waktu sosialisasi tersebut cukup mepet. Ada banyak warga Surabaya yang tidak tahu mengenai kebijakan tersebut. Mereka masih percaya diri akan naik ke bus dengan membawa stiker sampah. Alhasil, mereka bingung ketika kondektur memberi tahu bahwa saat ini stiker tersebut tidak berlaku.

Stiker sampah yang tak lagi berlaku. - Dokumentasi Pribadi
Stiker sampah yang tak lagi berlaku. - Dokumentasi Pribadi

Ada satu kebijakan lain yang akan diterapkan yakni larangan membayar sampah secara langsung di dalam bus. Calon penumpang harus menukarkan sampahnya terlebih dahulu di tempat penukaran sampah yang sudah disediakan. Sayangnya, tempat penukaran sampah tersebut belum banyak tersebar merata. 

Saya sendiri paling menukarkan sampah kalau tidak di Terminal Bungurasih ya di Kecamatan Wiyung yang paling dekat. Selebihnya, saya cukup kesulitan mencari tempat penukaran sampah di tempat yang strategis semisal di dekat Mall atau tempat lain.

Entah bagaimana nanti ke depannya jika kebijakan yang akan berlaku efektif sejak Mei 2022 ini. Mengingat, sebagian besar penumpang membawa sampah mereka dan langsung meletakkannya ke tempat sampah di dalam bus. Semoga saja sosialisasi akan kebijakan baru ini bsia berlangsung dengan baik.

Itulah beberapa kendala yang sering saya temui saat naik Suroboyo Bus. Membangun jaringan transportasi umum memang tidak mudah. Namun, upaya perbaikan yang berkelanjutan sangat penting dllakukan agar masyarakat mau menggunakan transportasi umum yang aman dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun